KALBAR TERKINI - Hamas diprediksi bakal tak dilibatkan dalam rekonstruksi di Kota Gaza karena berstatus teroris internasional termasuk oleh AS, Eropa dan sejumlah negara Arab. Rekonstruksi segera berlangsung pasca perang 11 hari antara Israel dan Hamas yang dibekingi sejumlah militan Palestina lainnya.
Pembicaraan-pembicaraan terkait rekonstruksi hanya melibatkan Otoritas Palestina (OP) pimpinan Presiden Mahmoud Abbas selaku pihak yang diakui Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan dunia internasional. Khusus pengakuan PBB, Palestina lewat OP berstatus negara pengamat non-anggota.
Melakukan rekonstruksi, berarti melibatkan dana yang tak sedikit dari negara-negara donor. Sebagai saingan utama OP, Hamas yang mengklaim diri sebagai penguasa Palestina, diprediksi bakal menggunakan segala cara, karena ini sudah menyangkut urusan uang.
Malah tak tertutup kemungkinan Hamas akan melakukan provokasi: memancing kembali emosi Israel, supaya gencatan senjata pada Jumat, 20 Mei 2021, terganggu bahkan retak.
Baca Juga: Twitch Tambahkan Tag Transgender
Jika gencatan senjata dilanggar, menurut sejumlah analisis, perang pasti terulang. Serangan Israel pun kembali terjadi, dan berakibat fatal.
Ini sudah dilakukan Hamas, ketika menabuh genderang perang pada 10 Mei 2021 malam: duluan menyerang dengan lebih 51 rudal ke Israel, dan langsung dibalas oleh Israel tanpa henti, hingga detik-detik terakhir menjelang gencatan senjata.
Jika provokasi Hamas berhasil meretakkan gencatan senjata, pertempuran lebih dashyat bakal meletus. Apalagi di dalam negerinya, sejumlah lawan politik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam gencatan senjata itu, dan menyebut 'Israel mengalah kepada teroris'.
Sebagaimana taktik Hamas dalam perang-perang sebelumnya dengan Israel: Hamas tak akan bergeser dari wilayah sipil, lagi-lagi menjadikan manusia sebagai tameng hidup. Rakyat tak berdosa pun akan menjadi korban: Israel dituding brutal, dan Hamas kembali mendulang simpati komunitas Islam internasional, sesuatu yang direncanakan Hamas.