Rekonstruksi Gaza tak Libatkan Hamas: Awas, Gencatan Senjata Terancam!

23 Mei 2021, 01:17 WIB
RERUNTUHAN - Sebuah blok menara terletak di reruntuhan kota Gaza setelah serangan udara Israel./UNRWA/MOHAMED HINNAWI /UNRWA/MOHAMED HINNAWI

KALBAR TERKINI - Hamas diprediksi bakal tak dilibatkan dalam rekonstruksi di Kota Gaza karena berstatus teroris internasional termasuk oleh AS, Eropa dan sejumlah negara Arab. Rekonstruksi segera berlangsung pasca perang 11 hari antara Israel dan Hamas yang dibekingi sejumlah militan Palestina lainnya. 

Pembicaraan-pembicaraan terkait rekonstruksi hanya melibatkan Otoritas Palestina (OP) pimpinan Presiden  Mahmoud Abbas selaku pihak yang diakui Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan dunia internasional. Khusus pengakuan PBB,  Palestina lewat OP berstatus negara pengamat non-anggota. 

Melakukan rekonstruksi,  berarti melibatkan dana yang tak sedikit dari negara-negara donor. Sebagai saingan utama OP, Hamas yang mengklaim diri sebagai penguasa Palestina, diprediksi bakal menggunakan segala cara,  karena ini sudah menyangkut urusan uang.

Malah tak tertutup kemungkinan Hamas akan melakukan provokasi: memancing kembali emosi Israel, supaya gencatan senjata pada Jumat, 20 Mei 2021, terganggu bahkan retak.

Baca Juga: Twitch Tambahkan Tag Transgender

Jika gencatan senjata dilanggar, menurut sejumlah analisis, perang pasti terulang.  Serangan Israel pun kembali terjadi,  dan berakibat fatal.

Ini sudah dilakukan Hamas,  ketika menabuh genderang perang pada 10 Mei 2021 malam: duluan menyerang dengan lebih 51 rudal ke Israel, dan langsung dibalas oleh Israel tanpa henti,  hingga detik-detik terakhir menjelang gencatan senjata. 

Jika provokasi Hamas berhasil meretakkan gencatan senjata, pertempuran lebih dashyat bakal meletus. Apalagi di dalam negerinya, sejumlah lawan politik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam gencatan senjata itu, dan menyebut 'Israel mengalah kepada teroris'.  

Sebagaimana taktik Hamas dalam perang-perang sebelumnya dengan Israel: Hamas tak akan bergeser dari wilayah sipil, lagi-lagi menjadikan manusia   sebagai tameng hidup. Rakyat tak berdosa pun akan menjadi korban: Israel dituding brutal, dan Hamas kembali mendulang simpati komunitas Islam internasional, sesuatu yang direncanakan Hamas. 

Banyak analisis yang menyebutkan, taktik Hamas ini terindikasi terulang,  lewat aksi anarkis di sejumlah titik di Jerusalem Timur,  pasca gencatan senjata.

Bukannya gembira atas berhentinya perang, ratusan pemuda Palestina dengan membawa bendera Hamas, melemparkan bom molotor, batu, dan benda-benda keras lainnya ke arah petugas polisi yang mengamankan aksi mereka. 

Baca Juga: Di Balik 'Fast Food': Daging Bercampur Kotoran hingga Kardiovaskular

Taktik Hamas Melawan Wibawa OP 

Sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press (AP), Sabtu, 22 Mei 2021, para mediator Mesir mengadakan pembicaraan untuk memperkuat gencatan senjata Israel-Hamas, ketika orang-orang Palestina di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas,  melakukan aksi-aksi anarkis. 

Sabtu menandai hari pertama gencatan senjata,  yang mengakhiri perang Israel-Hamas keempat dalam satu dekade.

Dalam pertempuran 11 hari itu, Israel melancarkan ratusan serangan udara terhadap sasaran militan di Gaza. Sebaliknya, Hamas dan militan lainnya menembakkan lebih dari empat ribu roket ke arah Israel. Lebih 250 orang tewas, sebagian besar adalah warga Palestina.

Area komersial tersibuk di Gaza, Jalan Omar al-Mukhtar, dipenuhi puing-puing, mobil yang hancur, dan logam bengkok setelah bangunan 13 lantai di tengahnya,  diratakan dalam serangan udara Israel.

Barang dagangan ditutupi jelaga,  dan berserakan di dalam toko-toko yang hancur dan di trotoar. Pekerja kota menyapu pecahan kaca,  dan memutar logam dari jalan dan trotoar.

“Kami benar-benar tidak mengharapkan kerusakan sebesar ini,” kata Ashour Subeih, penjual pakaian bayi. “Kami pikir pemogokan itu agak jauh dari kami. Tapi seperti yang Anda lihat, tidak ada area toko yang utuh."

Baca Juga: McDonald's Inggris Didemo: Beralih ke Makanan Nabati!

Telah berbisnis selama setahun, Subeih memperkirakan kerugiannya dua kali lipat dari yang telah dihasilkannya  selama ini.

Video dan foto drone menunjukkan beberapa blok kota berubah menjadi puing-puing, di antara rumah dan bangunan bisnis yang dibiarkan berdiri.

Baik Israel dan Hamas telah mengklaim kemenangan. Ada harapan luas bahwa gencatan senjata akan berlaku untuk saat ini, tetapi putaran 'pertempuran'  lain di beberapa titik tampaknya tak terelakkan.

Masalah yang mendasari masih belum terselesaikan, termasuk blokade perbatasan Israel-Mesir, yang sekarang memasuki tahun ke-14, yang mencekik lebih dari dua juta penduduk Gaza,  dan penolakan oleh militan Islam Hamas untuk melucuti senjata.

Perang 11 hari itu semakin mengesampingkan saingan politik utama Hamas, yakni OP yang didukung secara internasional, dan mengawasi daerah kantong otonom di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Popularitas Hamas terindikasi  tumbuh karena memposisikan dirinya sebagai pembela klaim Palestina atas Yerusalem. 

Baca Juga: Iran Ucapkan Selamat ke Palestina: Turki dan Qatar Dendam ke Israel

Masyaallah, Abas Disebut 'Anjing' 

Pada Jumat, masih menurut AP, beberapa jam setelah gencatan senjata diberlakukan, ribuan warga Palestina di kompleks Masjid Al-Aqsa,  meneriakkan protes terhadap Abbas dan pemerintahannya sendiri.  "Anjing-anjing Otoritas Palestina, keluar, keluar," teriak mereka, dan kalimat: "Orang-orang ingin presiden pergi." 

Itu adalah kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Abbas.

Konflik tersebut juga memunculkan frustrasi yang mendalam di antara orang-orang Palestina sendiri, baik di Tepi Barat yang diduduki, Gaza atau di dalam Israel, atas status quo, dengan proses perdamaian Israel-Palestina yang ditinggalkan selama bertahun-tahun. 

Terlepas dari statusnya yang melemah, Abbas akan menjadi titik kontak untuk setiap diplomasi AS yang diperbarui. Sebab, Israel dan Barat, termasuk AS, menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. 

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan bertemu dengan Abbas dan para pemimpin Israel ketika dia berkunjung pekan depan. Abbas dalam pertemuan, diperkirakan akan meningkatkan tuntutan agar rencana rekonstruksi Gaza melalui OP, terkait upayanya menghindari penguatan Hamas.

Abbas bertemu pada Sabtu dengan mediator Mesir, membahas pembangunan kembali Gaza dan hubungan internal Palestina, menurut kantor berita resmi Palestina,  Wafa. 

Baca Juga: Gencatan Senjata, Langkah Akhir Israel dan Hamas: Warga Palestina Sebut Kemenangan

Seorang diplomat Mesir menyatakan pada Sabtu, dua tim mediatornya  berada di Israel dan wilayah Palestina, untuk melanjutkan pembicaraan tentang pengencangan kesepakatan gencatan senjata dan keamanan jangka panjang yang tenang. 

Diplomat itu menegaskan, diskusi termasuk penerapan langkah-langkah yang disepakati di Gaza dan Yerusalem, termasuk cara-cara untuk mencegah praktik yang mengarah ke pertempuran terbaru.

Dia tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia tampaknya merujuk pada kekerasan di Masjid Al-Aqsa,  dan rencana penggusuran keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur. 

Diplomat itu berbicara dengan syarat anonim untuk membahas musyawarah di balik layar.   

Secara terpisah, konvoi 130 truk dengan bantuan kemanusiaan dan persediaan medis, mencapai perbatasan Gaza dari Mesir pada Sabtu, menurut seorang pejabat senior Mesir di perlintasan perbatasan.  

Dia berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk berbicara dengan wartawan. 

Di seberang Gaza, penilaian kerusakan infrastruktur wilayah yang sudah bobrok, sudah dimulai. 

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan  menyatakan, 769 unit perumahan dan komersial tidak dapat dihuni, sedikitnya 1.042 unit di 258 bangunan hancur,  dan lebih dari 14.500 unit mengalami kerusakan ringan. 

Baca Juga: Pentolan Bangsamoro Tewas, Teroris Filipina kian Keder

PBB menyatakan, sekitar 800 ribu warga di Gaza tidak memiliki akses reguler ke air bersih karena hampir 50 persen jaringan air rusak dalam pertempuran.

Menurut Israel, pihaknya menargetkan infrastruktur militer Hamas, termasuk sistem terowongan luas yang berjalan di bawah jalan dan rumah, serta pusat komando, peluncur roket, dan rumah komandan.

Komandan militer Israel menegaskan, pihaknya berusaha meminimalkan kerugian bagi warga sipil,  dan menuduh Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. 

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan, setidaknya 243 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak, dengan 1.910 orang terluka. Itu tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil.

Dua belas orang tewas di Israel, semuanya kecuali satu dari mereka warga sipil, termasuk seorang anak laki-laki berusia lima tahun,  dan seorang gadis berusia 16 tahun. 

Israel menuduh Hamas dan kelompok militan kecil Jihad Islam menyembunyikan jumlah sebenarnya dari pejuang yang tewas dalam perang itu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat kemarin mengatakan, lebih dari 200 militan tewas, termasuk 25 komandan senior. 

Jihad Islam pada Sabtu memberikan laporan pertama tentang kematian dalam barisannya, dengan menglaim bahwa 19 komandan dan pejuangnya tewas, termasuk kepala unit roket di Gaza utara.*** 

 

Sumber: The Associated Press, berbagai sumber

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler