Waspada! ISIS Indonesia Keranjingan Bom TATP: Bahannya Dijual Bebas!

- 4 April 2021, 22:39 WIB
BOM TATP - Bom rumahan jenis  TATP menjadi lebih menonjol di Indonesia karena semakin sering digunakan dalam serangan teroris regional. Kekuatannya lebih dahsyat ketimbang TNT./ILUSTRASI BOM: PIXABAY/
BOM TATP - Bom rumahan jenis TATP menjadi lebih menonjol di Indonesia karena semakin sering digunakan dalam serangan teroris regional. Kekuatannya lebih dahsyat ketimbang TNT./ILUSTRASI BOM: PIXABAY/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

Serangan terkait ISIS pertama yang berhasil,  terjadi di Malaysia pada 2016,  ketika sebuah sel lokal melancarkan serangan granat di klub malam Movida di Puchong, Selangor. Sel tersebut mempelajari cara membuat IED dari internet.  

Manual pembuatan bom serupa dibagikan oleh militan pro-ISIS di wilayah tersebut melalui grup dan saluran Telegram.

Terlepas dari ketersediaan manual semacam itu, dua teroris Malaysia, Muhammad Syazani dan Muhammad Nurul Amin berduet untuk merakit TATP pertama di Malaysia.  Investigasi menunjukkan bahwa mereka melakukan pelatihan pembuatan bom dengan kelompok pro-ISIS Indonesia, yakni JAD yang berbasis di Yogyakarta pada 2018.

Selama pelatihan, duet Malaysia ini berhasil memperoleh keterampilan membuat bahan peledak skala besar, termasuk bom mobil. Meskipun Durasi pelatihan tidak diketahui, mereka dijuluki sebagai 'ahli bom', ketika ditangkap oleh Polisi Diraja Malaysia karena mereka dapat meniru dan mereproduksi TATP.

Pembuatan Bom secara Offline

Pembuatan bom secara offline dilaporkan sudah diakui oleh anggota ISIS karena memungkinkan praktik dan pelatihan tingkat tertentu bagi teroris untuk menangani bahan peledak yang begitu halus.

Dalam hal ini, jelas bahwa kedua teroris Malaysia ini, telah menerima pelatihan yangcukup untuk dapat menghasilkan bahan peledak, tanpa meledakkannya secara prematur karena waktunya bisa disetel, misalnya meledak tepat pukul tujuh.

Menurut Amalina Abdul Nasir, kemitraan JAD mengajarkan pembuatan bom kepada Muhammad Syazani dan Muhammad Nurul Amin, menunjukkan hubungan transnasional yang dalam antara militan pro-ISIS di Malaysia dan Indonesia.

Biasanya, pendukung pro-ISIS melakukan peran sebagai fasilitator, membantu pendukung pro-ISIS dari Indonesia melakukan perjalanan ke Filipina.

Sebutlah dalam kasus ketika militan pro-ISIS dari Malaysia akan menerima dukungan logistik dan keuangan dari militan asing. Untuk itu, pendukung pro-ISIS Malaysia melakukan perjalanan ke Indonesia untuk memperoleh keterampilan baru. Ini memungkinkan mereka untuk mengimpor kemudian meluncurkan taktik operasional baru yang asing bagi otoritas Malaysia.  

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x