Pernyataan Korut mengkritik tinjauan pemerintahan Biden yang secara tidak langsung ini menegaskan bahwa , kebijakan baru tersebut dipandang oleh negara lain 'hanya sebagai tipu daya'.
Baca Juga: Perang Hamas-Israel Diprediksi Berkobar: Pasca Koalisi Pecat Netanyahu!
Pedoman Rudal Balistik sejak 1979
Pada 1979, Korsel menyetujui pedoman rudal balistik , membatasi pengembangan dan kepemilikan rudal balistik negara itu dalam jangkauan 180 kilometer.
Menyusul pada 2001, dilansir dari Wikipedia, AS setuju untuk memperluas batas jangkauan rudal Korsel menjadi 300 kilometer, yang hanya diterapkan di rudal balistik penerbangan berkecepatan tinggi dan bebas, tidak termasuk senjata jelajah permukaan yang lebih lambat.
Korsel mengembangkan kendaraan udara tak berawak (UAV), dan rudal jelajah yang disebut Hyunmoo-3 . UAV tidak akan memiliki batasan jangkauan sementara jangkauan rudal jelajah adalah 1500 kilometer. Kisaran rudal Korsel ini, kurang dari rudal Korut seperti Rodong (rudal balistik jarak 1300 kilometer) dan Taepodong-2 (rudal balistik antarbenua jarak 6.000 kilometer).
Pada 6 Oktober 2012, setelah banyak kaukus antara Korseld an AS, keduanya sepakat untuk memperluas jangkauan rudal balistik menjadi 800 kilometer. Jarak ini lebih pendek dari jangkauan yang disarankan Korsel yakni 1000 kilometer, tetapi jauh lebih panjang dari batas 300 kilometer yang ada.
Baca Juga: Eropa Berusaha Jegal KTT Biden-Putin, Rusia: Memotong Leher Sendiri!
Setelah perpanjangan pedoman rudal terbaru, salah satu media China melaporkan bahwa rudal balistik Korsel akan mendapatkan kemampuan untuk mencapai China , Jepang , Rusia, dan Korut. Media menunjukkan keprihatinan atas kemungkinan serangan Korsel ke Beijing , jika jangkauan rudal Korsel ini diperpanjang.
Media Pemerintah Tiongkok lainnya, Xinhua, menilai bahwa perluasan jangkauan rudal tersebut sebagai pelanggaran terhadap Rezim Kontrol Teknologi Rudal (MTCR).