SEOUL, KALBAT TERKINI - Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) bakal memperbesar kekuatan persenjataan nuklirnya selama AS tetap memusuhi pihaknya. Korut mengklaim telah memproduksi rudal nuklir balistik antarbenua.
Rudal Korut, semisal Rodong (rudal balistik jarak 1300 kilometer), dan Taepodong-2 (rudal balistik antarbenua berjarak 6.000 kilometer), sanggup menghancurkan AS dan banyak negara lain di Benua Amerika. Sebelumnya, pihak Korut mengancam bahwa jika terus ditekan oleh AS, pihaknya akan menunjukkan kepada dunia tentang 'perang yang tak terbayangkan'.
Adapun pernyataan terbaru Korut tentang akan memperbesar persenjataan nuklirnya, mengemuka dari seorang analisis di Korut, dan bukan pernyataan resmi Pemerintah Korut. Korut selama ini diam alias tak menanggapi KTT AS-Korea Selatan (Republic of Korea/ROK), Jumat, 21 Mei 2021.
Komentator ini berbicara atas nama warga Korut, setelah AS dalam KTT tersebut ditudingnya setuju mengizinkan Korsel membangun rudal yang lebih kuat sehingga dijadikan contoh dari kebijakan permusuhan AS terhadap Korut, sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Senin, 31 Mei 2021.
Baca Juga: 5 Penyebab Kram Otot Kaki Yang Perlu Anda Ketahui, Salah Satunya Penyakit Hati
Diingatkan pula bahwa sikap AS itu dapat menyebabkan 'situasi akut dan tidak stabil' di Semenanjung Korea. Pihak AS dalam KTT telah mengakhiri pembatasan selama puluhan tahun terkait pengembangan rudal Korsel sehingga memungkinkan sekutunya itu mengembangkan senjata dengan jangkauan tak terbatas.
Tuduhan kebijakan AS yang memusuhi Korut ini diklaim penting. Sebab, Korut tidak akan kembali ke pembicaraan, dan akan memperbesar persenjataan nuklirnya selama permusuhan AS terus berlanjut.
Tetapi karena pernyataan ini bersifat individu, maka Korut dprediksi masih ingin memberikan ruang untuk potensi diplomasi dengan pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden.
"Langkah penghentian adalah pengingat yang jelas dari kebijakan permusuhan AS terhadap (Korea Utara), dan kesepakatan ganda yang memalukan," kata Kim Myong Chol, kritikus urusan internasional tersebut, menurut Kantor Berita Pusat Korut . "Ia asyik dalam konfrontasi, meskipun hanya basa-basi dialog."