Baca Juga: Tindak Pelanggaran Prokes Covid-19, Satpol PP Pontianak Harus Garang
“Dari meriam air, peluru karet hingga gas air mata, dan sekarang pasukan menembaki pengunjuk rasa damai itu. Kegilaan ini harus diakhiri,” katanya di Twitter.
Surat kabar Global New Light of Myanmar yang dikelola pemerintah menyatakan, para pemogok melakukan sabotase kapal dan menyerang polisi dengan tongkat, pisau, dan ketapel.
"Delapan polisi dan beberapa tentara terluka," tulisnya. Surat kabar itu tidak menyebutkan kematian tetapi hanya menulis: "Beberapa pengunjuk rasa yang agresif juga terluka karena tindakan pengamanan yang dilakukan oleh pasukan keamanan."
Seorang wanita muda pengunjuk rasa adalah pendemo pertama yang tewas, Selasa, 9 Februari 2021. Dia ditembak di kepala saat aksi demo. Militer pun balas mengklaim, seorang polisi tewas karena luka-luka.
Pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi mengutuk kekerasan di Mandalay dan menyebutnya sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Tentara merebut kekuasaan setelah menuduh penipuan dalam pemilu 8 November 2020 yang disapu NLD, kemudian menahan Suu Kyi serta jajaran pimpinan NLD lainnya. KPU Myanmar sendiri telah menepis tuduhan militer tersebut.
Sementara itu, Facebook menyatakan telah menghapus halaman utama militer, Tatmadaw True News Information, karena pelanggaran berulang kali terhadap standarnya yang melarang hasutan kekerasan dan mengoordinasikan kerusakan.
Adapun aktivis yang ditangkap pada Minggu dini hari ini, Lu Min, adalah satu dari enam orang yang dicari militer berdasarkan undang-undang anti-hasutan. "Lu Min dianggap memprovokasi pegawai negeri sipil untuk bergabung dalam protes dini hari ini, kata istrinya, Khin Sabai Oo di Facebook-nya.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik Myanmar menyatakan, 569 orang telah ditahan militer terkait demo Negara-negara Barat yang mengutuk kudeta tersebut mengecam pula aksoi kekerasan militer tersebut.