Misteri Buaya Bertanduk: Samar-samar di Pohon Kehidupan

- 4 Mei 2021, 00:59 WIB
BUAYA BERTANDUK -  Tengkorak buaya bertanduk (Voay robustus), punah dari Madagaskar yang merupakan bagian dari koleksi paleontologi Museum Sejarah Alam Amerika.(KREDIT GAMBAR: M ELLISON/©AMNH/VIA LIVE SCIENCE)
BUAYA BERTANDUK - Tengkorak buaya bertanduk (Voay robustus), punah dari Madagaskar yang merupakan bagian dari koleksi paleontologi Museum Sejarah Alam Amerika.(KREDIT GAMBAR: M ELLISON/©AMNH/VIA LIVE SCIENCE) /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

Tapi, variasi tengkorak antarindividu dalam spesies yang sama,  bisa jadi lebih tinggi, yang seringkali membuat mereka tampak berbeda dengan spesies lain.

"Bentuk kepala buaya ini bervariasi secara dramatis dengan usia, jenis kelamin, dan bahkan makanan," kata Hekkala. "Jadi,  tengkorak buaya tua ini yang besar, mungkin membuatnya terlihat sangat berbeda."   

Ketika buaya bertanduk awalnya ditemukan, para ilmuwan mengklasifikasikannya sebagai buaya sejati - subfamili termasuk buaya Nil dan buaya modern lainnya seperti buaya Amerika (Crocodylus acutus) dan buaya air asin (Crocodylus porosus) - dan diberi nama Crocodylus robustus.

"Kebingungan ini bertambah pada 1910,  ketika ilustrasi populer tentang bagaimana rupa buaya bertanduk dirilis dalam sebuah artikel ilmiah, " lanjut Hekkala.

"Sayangnya,  gambar itu sebenarnya menggambarkan buaya Nil zaman modern, tetapi itu membantu memperkuat teori, bahwa buaya bertanduk adalah buaya sejati. Beberapa bahkan berpendapat bahwa buaya bertanduk mungkin saja nenek moyang buaya Nil," sambungnya.

Terori ini tetap menjadi konsensus umum hingga pada 2007, ketika para peneliti menganalisis tengkorak fosil buaya bertanduk, untuk mengungkapkan perbedaan fisiologis yang signifikan dibandingkan dengan buaya Nil.

Hasilnya, buaya bertanduk dimasukkan ke dalam subfamili baru, yang disebut buaya kerdil , alias buaya yang lebih kecil dengan tengkorak pendek,  namun kokoh, menyimpang dari buaya sejati,  jutaan tahun yang lalu.  

Buaya bertanduk juga diberi nama genus baru yakni Voay, yang berarti 'buaya' dalam bahasa Malagasi. 

Dalam studi baru, para peneliti AMNH malah menganalisis bukti DNA untuk menentukan kelompok mana yang sebenarnya dari buaya bertanduk itu. 

Analisis DNA mengungkapkan,  buaya bertanduk bukanlah buaya kerdil seperti yang disarankan oleh penelitian pada 2007. Juga bukan buaya sejati, sebagaimana diasumsikan selama ini oleh para naturalis sebelumnya.  

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah