Misteri Buaya Bertanduk: Samar-samar di Pohon Kehidupan

- 4 Mei 2021, 00:59 WIB
BUAYA BERTANDUK -  Tengkorak buaya bertanduk (Voay robustus), punah dari Madagaskar yang merupakan bagian dari koleksi paleontologi Museum Sejarah Alam Amerika.(KREDIT GAMBAR: M ELLISON/©AMNH/VIA LIVE SCIENCE)
BUAYA BERTANDUK - Tengkorak buaya bertanduk (Voay robustus), punah dari Madagaskar yang merupakan bagian dari koleksi paleontologi Museum Sejarah Alam Amerika.(KREDIT GAMBAR: M ELLISON/©AMNH/VIA LIVE SCIENCE) /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Live Science, Jumat, 30 April 2021, Madagaskar saat ini adalah rumah bagi buaya Nil (Crocodylus niloticus), yang telah menyerang negara pulau itu.  

"Bukti paling awal dari buaya Nil di Madagaskar adalah 300 tahun, tetapi cerita Malagasi menunjukkan bahwa mereka mungkin telah bermigrasi ke sana lebih awal,  dan hidup berdampingan dengan buaya bertanduk, " kata Hekkala. 

Buaya bertanduk bukanlah buaya yang sangat besamr, tetapi tengkorak mereka yang besar menunjukkan bahwa mereka kemungkinan besar adalah 'kuat', yang menyebabkan nama spesies mereka menjadi robustus.

"Kami tidak memiliki kerangka lengkap, tetapi spesies ini tidak terlalu panjang," kata Hekkala. "Berdasarkan ukuran tengkorak mereka, ukuran keseluruhannya mungkin mirip dengan buaya Nil." 

Baca Juga: Sapi 'Nyemplung' ke Air: Peternakan Terapung Rotterdam Dikritik

Sejumlah hewan besar lainnya - termasuk kura-kura raksasa, burung gajah, kuda nil kerdil dan beberapa lemur - juga punah di pulau itu sekitar waktu yang sama dengan buaya bertanduk, tetapi tidak jelas apa yang menyebabkan kematian mereka, menurut pernyataan AMNH.

Hal ini diduga karena kedatangan buaya Nilsecara invasif,  atau lebih mungkin kedatangan manusia pertama di Madagaskar hingga 2.500 tahun yang lalu, menurut para peneliti.

Namun, perubahan iklim alami juga mungkin berperan. "Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa beberapa bagian pulau menjadi lebih kering," kata Hekkala. "Bisa jadi,  ini menguntungkan buaya Nil yang baru tiba,  dan membuat pulau itu lebih tidak ramah bagi buaya bertanduk endemik." 

Catatan fosil yang terbatas dan sejarah ekologi Madagaskar yang tidak lengkap sebagian,  menjelaskan tentang mengapa butuh hampir 150 tahun untuk berhasil menempatkan buaya bertanduk dalam kelompok evolusinya sendiri.

Selain itu, spesies buaya itu sangat mirip secara fisik, terutama tengkoraknya yang secara historis digunakan para ilmuwan untuk mengklasifikasikannya.  

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah