Turki Bantai Ribuan Pejuang: Orang Kurdi Pantang Menyerah

- 30 Mei 2021, 21:25 WIB
TENTARA WANITA KURDI - Personel wanita dari    Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Dicap teroris oleh Turki dan AS,  suku terbesar keempat di Timur Tengah ini terus bertempur demi memiliki suatu negara sendiri./FOTO: TWITTER ESCHERSAND  UNDERGROUND HUMAN RESERVATIONS/CAPTION:  OKTAVIANUS CORNELIS/
TENTARA WANITA KURDI - Personel wanita dari Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Dicap teroris oleh Turki dan AS, suku terbesar keempat di Timur Tengah ini terus bertempur demi memiliki suatu negara sendiri./FOTO: TWITTER ESCHERSAND UNDERGROUND HUMAN RESERVATIONS/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS/ /TWITTER ESCHERSAND UNDERGROUND HUMAN RESERVATIONS

KALBAR TERKINI - Malang benar nasib orang Kurdi. Perjuangan dari etnis terbesar keempat di Timur Tengah untuk membentuk negara sendiri dicap sebagai teroris oleh AS, Uni Eropa, dan Turki. Konflik bersenjata skala besar antara militer Turki dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) terjadi sepanjang tahun 1980-an dan 1990-menewaskan lebih dari 35 ribu orang.

Dendam atas pemberontakan orang Kurdi ini yang sebenarnya terjadi sejak Kekaisaran Ottoman hingga berdirinya Turki,  membuat Presiden Recep Yayyip Erdogan  tetap berusaha menghabisi gerakan perlawanan Kurdi (YPK-YPG).

Hingga Minggu, 30 Mei 2021, dikutip Kalbar-Terkini.com dari Daily Sabah, angkatan bersenjata Turki (TSK) mengklaim telah melenyapkan 1.162 teroris dalam operasi kontraterorisme baik di dalam maupun di luar perbatasan Turki sepanjang 2021.

Baca Juga: Perang Hamas-Israel Diprediksi Berkobar: Pasca Koalisi  Pecat Netanyahu!

Menurut Kementerian Pertahanan Turki, Minggu, perang negara melawan terorisme dengan tegas terus berlanjut. Para pemberontak yang disebut sebagai teroris ini menjadi sasaran 181 operasi skala besar dan menengah. Angka tersebut termasuk 142 teroris yang tewas dalam operasi yang sedang berlangsung di Irak utara. Sebanyak 57 gua, 110 tempat penampungan, dan 398 ranjau juga hancur.

Irak Utara dikenal sebagai lokasi banyak persembunyian PKK dan pangkalan tempatnya melakukan serangan di Turki. Target PKK diserang di wilayah Metina, Avashin-Basyan, Zap dan Qandil. Selain jet tempur F-16, operasi tersebut didukung oleh unit artileri perbatasan, elemen pendukung tembakan di daerah pangkalan depan dan helikopter serang.

Militer Turki secara rutin melakukan operasi lintas batas di Irak utara. Turki telah lama menekankan bahwa pihaknya tidak akan mentolerir ancaman teroris yang ditimbulkan terhadap keamanan nasionalnya,  dan telah meminta para pejabat Irak untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membasmi kelompok teroris tersebut.

Turki sebelumnya mencatat bahwa jika langkah-langkah yang diharapkan tidak diambil, itu tidak akan menghindar dari menargetkan ancaman teroris. "Turki sejauh ini telah melenyapkan sedikitnya 113 teroris PKK dalam operasi kontraterorisme Claw-Lightning dan Claw-Thunderbolt di Irak utara,"  kata Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar baru-baru ini.

Baca Juga: Persekutuan Gereja Indonesia Jangan Mau Diperalat Novel Baswedan

Selama lebih 40 tahun melawan Turki, PKK-YPG - yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa - diklaim bertanggung jawab atas kematian setidaknya 40 ribu orang, termasuk wanita, anak-anak,  dan bayi. 

Sejak 1 Januari 2021, pasukan Turki telah menangkap 62.296 orang yang mencoba melintasi perbatasan negara secara ilegal, sementara sekitar 530 kilogram obat-obatan dan 1.486 senjata,  disita dalam operasi anti-penyelundupan, menurut pihak kementerian itu. 

Menurutnya,  TSK akan terus memerangi terorisme dengan tekad demi negara dan bangsa. Ditambahkan, pasukan Turki juga akan terus melindungi hak dan kepentingan Turki dan Republik Turki Siprus Utara (TRNC) di Laut Aegea dan Mediterania Timur, serta menjalankan perannya sebagai penjamin perdamaian dan keamanan di pulau Siprus,  sejalan dengan jaminan internasional dan perjanjian aliansi. 

"Terlibat di lebih dari satu wilayah operasional pada saat yang sama, Angkatan Bersenjata Turki terlibat dalam menjaga perdamaian dan stabilitas dengan hampir 6.000 personel di 16 wilayah berbeda di dunia," tambah kementerian itu sambil menggarisbawahi bahwa pasukan Turki juga terus membantu operasi pembersihan di Azerbaijan dan Libya.

Baca Juga: Daftar Ibadah Sunah di Bulan Syawal, Segera Laksanakan Masih Ada Kesempatan

Kisah Pilu Etnis Kurdi

Partai Pekerja Kurdistan (bahasa Kurdi: Partiya Karkerên Kurdistan atau  Parti Karkerani Kurdistan/PKK), sebelumnya sebagai KADEK (Persatuan Demokrasi dan Kebebasan Rakyat Kurdistan) atau KONGRA-GEL (Persatuan Rakyat Kurdistan) atau KONGRA-GEL adalah organisasi militan Kurdistan yang didirikan pada dekade 1970-an.  

Dipimpin oleh Abdullah Öcalan sampai penangkapannya pada 1999, ideologi Kongra-Gel merupakan ideologi Marxisme-Leninisme dan nasionalisme Kurdi. Tujuan PKK adalah untuk menentukan negara Kurdi yang merdeka dan sosialis di Kurdistan, wilayah yang terdiri dari Turki tenggara, Irak barat laut, Suriah timur laut dan Iran barat laut; tempat populasi Kurdi sebagai sebagai penduduk. 

Terlepas dari jumlah mereka, Kurdi adalah orang-orang tanpa kewarganegaraan dan sering terpinggirkan. Tanah kelahiran mereka membentang di Turki, Irak, Suriah, Iran, dan Armenia. Menurut New York Times, 10 Oktober 2019, setelah Perang Dunia I dan jatuhnya Kekaisaran Ottoman, banyak orang Kurdi ingin membangun negara Kurdi merdeka, dan janji itu pun dibuat dalam perjanjian awal untuk pembentukan Kurdistan.  

Tetapi,  ketika wilayah itu akhirnya dibelah, negara Kurdi tidak pernah terealisasi. Pada tahun-tahun awal sejak itu, banyak upaya membangun negara Kurdi, dan sebagian besar telah dibatalkan.

Hubungan antara bangsa Turki dan Kurdi telah terjalin lama. Turki melihat meningkatnya kekuatan pasukan Kurdi di sepanjang perbatasan selatannya sebagai ancaman, dan Erdogan telah bertahun-tahun membuat pengumuman rencana intervensi militer di daerah kantong utara Suriah.

Tetapi kenyataannya, akar dari perselisihan itu meluas jauh ke belakang, dan Kurdi secara intrinsik terkait dengan konflik domestik di Turki. Turki misalnya, telah berkonflik dengan PKK sejak meluncurkan gerakan separatis dengan kekerasan di Turki pada awal dekade 1980-an.

Baca Juga: Ratusan Kerangka Anak Indian Ditemukan di Bekas Gedung Sekolah

Berjasa Usir ISIS

Di seberang perbatasan di Suriah, milisi cabang bernama Unit Perlindungan Rakyat Kurdi, telah aktif sejak 2004. Dikenal sebagai YPG, milisi ini telah lama berupaya membentuk negara otonom bagi Kurdi.

YPG dan milisi perempuan Kurdi yang terkait sebenarnya didukung oleh beberapa pihak di Barat karena sikap anti-Islamisnya.  Milisi ini telah menarik sejumlah sukarelawan AS dan Eropa untuk bertarung di barisannya selama pertempuran melawan ISIS.

Tetapi anggota milisi memiliki ikatan yang dalam dengan PKK, kelompok Kurdi yang dianggap Turki sebagai organisasi teroris, meskipun para pemimpinnya mengecilkan kaitan milisi dengan PKK.

Di awal perang sipil Suriah, milisi berhasil membangun daerah kantong damai, mereka menyebutnya Rojava, di utara Suriah. Para anggota milisi akhirnya bergabung dengan kelompok-kelompok regional lainnya,  dan berperan dalam merebut wilayah Suriah yang luas dari ISIS, dan mengusir ISIS dari wilayah terakhirnya di Suriah.

Seiring SDF merebut kembali kendali atas kota-kota di Suriah timur laut dari ISIS, kekuatan Kurdi tumbuh. Dan Erdogan semakin menyuarakan keprihatinan. Operasi Turki melawan Kurdi di Suriah pun membuat Washington terjebak di antara dua sekutu.

Di masa Presiden AS Donald Trump ketika pasukan AS ditarik secara efektif dari Suriah telah membuka peluang serbuan Turki. Erdogan telah lama menganjurkan penarikan AS dari Suriah, dan mendesak Trump untuk menarik dukungannya dari SDF. AS dan Turki yang merupakan sekutu NATO, telah lama menjadi sekutu dekat.***

 

Sumber: Daily Sabah,  New York Times, Wikipedia

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x