"Para pemimpin politik menekankan bahwa kenyataan di lapangan akan menentukan masa depan kampanye (pertempuran)," kata pernyataan itu.
Taher Nounou, seorang pejabat Hamas, membenarkan kesepakatan itu. "Perlawanan Palestina akan berkomitmen untuk kesepakatan ini selama pendudukan dilakukan," katanya.
Baca Juga: Biden Bernafsu Kirim Rudal ke Israel: Dilawan Partainya di Parlemen AS
Perjanjian tersebut akan menutup babak pertempuran terberat antara musuh bebuyutan sejak perang 50 hari pada 2014, dan sekali lagi tidak ada pemenang yang jelas.
Israel menimbulkan kerusakan parah di pihak Hamas, tetapi tidak dapat mencegah tembakan roket yang telah mengganggu kehidupan jutaan orang Israel sendiri selama lebih satu dekade.
Pertempuran itu dimulai pada Senin, 10 Mei 2021 malam, ketika militan Hamas di Gaza menembakkan puluhan unit roket jarak jauh ke arah Yerusalem setelah bentrokan berhari-hari antara pengunjuk rasa Palestina dan polisi Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa, sebuah yang dikenal oleh umat Islam sebagai Tempat Suci dan Yahudi sebagai Temple Mount.
Taktik polisi yang kejam di kompleks itu, dan ancaman penggusuran puluhan keluarga Palestina oleh pemukim Yahudi, telah mengobarkan ketegangan.
Israel pun membalas lewat ratusan serangan udara selama operasi tersebut, menargetkan apa yang dikatakan sebagai infrastruktur militer Hamas, termasuk jaringan terowongan yang luas.
Baca Juga: Polisi Jerman Grebek Tiga Entitas Hizbullah, Depdagri: Teroris tak Aman di Sini
Hamas dan kelompok militan lainnya yang berada di daerah pemukiman, menembakkan lebih dari empat ribu roket ke kota-kota Israel, dengan ratusan roket gagal, dan sebagian besar lainnya berhasil dicegat.