Dalam mendukung Ikhwanul Muslimin misalnya, Qatar mendukung organisasi tersebut di negara-negara kawasan sejak pemberontakan Arab pada 2011. Diyakininya, organisasi itu mewakili gelombang masa depan.
Dari perspektif Qatar, berada di ujung depan tren ini akan menunjukkan kepemimpinan progresif seharusnya dari negara tersebut. Mendukung persaudaraan sesama Muslim diakuinya sebagai kelanjutan dari strategi yang sudah ada.
Doha telah menjadi tuan rumah Mesir kemudian bagi anggota Ikhwanul Suriah selama beberapa dekade, termasuk ulama Mesir, Yusuf al Qaradawi yang tinggal di Qatar sejak 1960-an.
Masih dari TNR, Qatar juga telah mengumandangkan persaudaraan tersebut, sebagai sarana penting untuk menyebarkan pandangannya, melalui saluran media yang didanai negara, Al Jazeera, sejak medio 1990-an.
Hubungan Qatar dengan Ikhwanul Muslim telah berfungsi sebagai benteng penting melawan Arab Saudi. Riyadh telah memandang Ikhwanul Muslimin sebagai gangguan domestik yang signifikan sejak 1990-an, dan menetapkannya sebagai kelompok teroris pada Maret 2021.
Baca Juga: Iran Kuasai 35 Persen Saham Industri Persenjataan Sudan di Yarmouk
Perlindungan dan pengaruh Qatar atas beberapa bagian dari kelompok tersebut telah berfungsi sebagai tongkat untuk melawan tetangganya yang lebih kuat. Lingkungan domestik Qatar mengungkapkan sifat rumit, dan luasnya dukungannya untuk Ikhwanul Muslim.
Di Qatar sendiri terjadi kelangkaan total aktivisme Islam. Ironisnya, politik Islamis yang diperjuangkan Doha di kawasan yang lebih luas, adalah ilegal di Qatar.
Politik di Qatar dicadangkan untuk lingkaran elit anggota keluarga yang berkuasa, dan orang yang ditunjuk. Sebuah dewan kota terpilih memberikan nasihat tentang layanan lokal, tetapi pembentukan majelis semi-terpilih, yang diserukan dalam konstitusi 2004 yang baru, ditunda beberapa kali.