KALBAR TERKINI - Negara Qatar (dalam bahasa Arab: Daulah Qatar), bagian dari negara emirat di Timur Tengah, selama ini dikenal mendanai gerakan-gerakan separatis Islam yang dicap teroris oleh banyak negara terutama Barat. Sebutlah untuk Hizbullah (Lebanon), Taliban (Afghanistan), ISIS, Al-Qaeda, atau Hamas (Palestina), yang merupakan bagian dari jaringan Ikhwanul Muslimin Mesir.
Ironisnya, Qatar adalah sekutu sejati AS, negara yang terlebih dahulu menyebut kelompok-kelompok garis keras tersebut sebagai teroris alias gerombolan yang mengatasnamakan Islam.
Lebih ironis lagi, Qatar adalah pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah. Selain itu, negara di sebuah semenanjung kecil di Jazirah Arab, wilayah Asia Barat ini, adalah penyokong dana utama dari organisasi-organisasi garis keras, termasuk untuk ISIS yang dikenal sebagai teroris paling brutal.
Lantas, benarkah Qatar adalah sobat sejati AS? Dikutip Kalbar-Terkini.com dari analisa The New Republic (TNR), 6 Oktober 2014, berdasarkan wawancara televisi pada 25 September 2014, Christiane Amanpour dari CNN mengkonfrontasi kepada amir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, antara lain, tentang Qatar yang disebut sebagai sekutu sejati AS.
Baca Juga: AS Ragu-ragu Tekan Israel, Dubes Iran di PBB Mengamuk
Ketika menjadi tuan rumah pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah, secara bersamaan pula dari Doha, Ibu Kota Qatar, mengucur pendanaan pribadi untuk kelompok teroris yang menjadi musuh utama AS: Al Qaeda dan ISIS. "Saya tidak berada di kamp melawan kamp lain. … Saya memiliki cara berpikir saya sendiri," kata Emir Qatar ketika itu.
Negara terkaya di dunia ini telah mengembangkan hubungan kerja dengan berbagai pemerintah dan kelompok Islam garis keras, dari Hizbullah hingga Taliban. Qatar juga bersedia melibatkan orang Israel setelah Kesepakatan Oslo pada pertengahan 1990-an.
Qatar memiliki populasi penduduk terkecil di dunia Arab. Jumlahnya berdasarkan sensus 2014, hanya 250 ribu jiwa, dengan persentase non-nasional terbesar di dunia, 88 persen.
Doha sering menggunakan kekayaan gas alamnya yang melimpah untuk membina dan mempertahankan hubungan dengan berbagai pihak baik kelompok maupun negara, sebagaimana ditegaskan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, kelahiran 3 Juni 1980. Thamim adalah anak keempat dari Emir sebelumnya, Hamad bin Khalifa.