Israel Siap Hajar Iran, Netanyahu: Ayatollah tak Berhak Musnahkan Yahudi!

25 Mei 2021, 17:19 WIB
AYATOLLAH ALI KHAMENEI - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan pidato di televisi di Teheran, Iran, 8 Januari 2021. Situs resmi Khamenei./HANDOUT VIA REUTERS/ / HANDOUT VIA REUTERS

KALBAR TERKINI - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan, Israel akan bertindak sendiri tanpa AS dalam menghadapi ancaman serangan nuklir Iran. Kebencian Iran terutama Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei ke Israel tidak akan bisa memusnahkan ribuan tahun keberadaan orang-orang Yahudi.  

"Misi utama untuk Anda semua adalah untuk mencegah Iran mempersenjatai diri dengan senjata nuklir: Itu adalah misi tertinggi," kata Netanyahu pada upacara penghargaan untuk agen rahasia Mossad di Tel Aviv, Ibu Kota Israel, Senin, 24 Mei 2021. 

Menurut Netanyahu, Israel  sangat menghargai teman dekat Israel yakni AS.  "Dengan atau tanpa kesepakatan, kami akan melakukan segalanya untuk mencegah Iran mempersenjatai diri dengan senjata nuklir, karena itulah keberadaan kami," katanya, sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Jerusalem Post, Selasa, 25 Mei 2021. 

Baca Juga: Hamas Akui Dipersenjatai Iran, Al-Qaddoumi : Kami Bertahan Hidup

Kekuatiran Israel terhadap kebencian Iran ini semakin kuat pasca perang 11 hari antara pihakbnya dengan kelompok bersenjata Hamas. Sebab, perang pada 10-21 Mei 2021 ini sangat jelas melibatkan Iran selaku penyuplai dana dan  fasililitas militer bagi Hamas.

Iran  sendiri tanpa henti mengobarkan perang melawan Israel,  dengan menjadikan negaranya sebagai pusat pengendali Palestina terkait perlawanan untuk membebaskan Jerusalem Timur dari Israel, sebagai Ibu Kota Palestina.  

Hal ini dibuktikan lewat digelarnya Hari Quds atau Hari Jerusalem atas inisiasi Iran yang diklaim sebagai bentuk perlawanan umat Muslim sedunia terhadap Israel.

Karena itu,  Israel berusaha melobi AS lewat Menteri Luar Negeri Antony Blinken yang pesawatnya sudah mendarat  pada Selasa, 25 Mei 2021 pagi di Bandara Internasional Ben Gurion di Kota Te Aviv, Ibu Kota Israel.  

Blinken akan melakukan pembicaraan dengan para pejabat Israel dan Pemerintah Palestina untuk memastikan bahwa gencatan senjata Israel-Hamas di Gaza pada Jumat, 21 Mei 2021, berlangsung dengan baik dan bertahan.

Kedatangan Blinken  terkait pula rekonstruksi di Jalur Gaza, yang hancur karena perang 11 hari itu. "Berangkat hari ini ke Yerusalem," tweet Blinken pada Senin, 24 Mi 2021  malam. “Bahkan saat kami bekerja dengan partai dan mitra untuk membantu mencapai gencatan senjata, kami juga fokus pada jalan ke depan. Termasuk langkah-langkah yang dapat kami ambil untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Israel dan Palestina.”

Baca Juga: Junta Myanmar Bom Gereja, Empat Warga Tewas

Meskipun Blinken dan Departemen Luar Negeri AS tidak menyebut Iran dalam agendanya, namun para pejabat Israel berencana untuk mengangkat masalah nuklir Iran dalam pertemuan dengan Blinken.

Bahkan Netanyahu menyatakan pada Senin, Israel mungkin harus membuat 'keputusan independen' untuk menghentikan ancaman nuklir. Kedatangan Blinken ke Israel merupakan perjalanan pertamanya  ke kawasan itu sebagai diplomat top AS, dan  hanya beberapa hari setelah berakhirnya permusuhan antara Israel dan Hamas.

Blinken mendarat di Bandara Ben Gurion dan disambut oleh Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi.  "Merupakan kehormatan besar untuk menjamu Anda di sini pada kunjungan resmi pertama Anda," cuit Ashkenazi pada Selasa.  

"Setiap kunjungan seorang menteri luar negeri Amerika di Israel adalah acara khusus, terutama ketika ini adalah kunjungan pertama Anda. Terima kasih atas sikap tegas Amerika Serikat di sisi Israel dan di sisi haknya untuk mempertahankan diri. dan warganya," tambahnya. 

Blinken akan bertemu Netanyahu kemudian dengan Netanyahu- Ashkenazi diikuti dengan pertemuan berdua dengan Ashkenazi disusul dengan jajaran diplomat Kementerian Luar Negeri dan Duta Besar Israel untuk AS Gilad Erdan.

Blinken juga diharapkan bertemu dengan Presiden Israel Reuven Rivlin. Selain itu, Blinken berencana melanjutkan perjalanan ke Ramallah dan Mesir, yang menjadi perantara gencatan senjata Israel-Hamas. 

Baca Juga: Otoritas Palestina Dimaki 'Anjing': Saatnya Merangkul Hamas!

Biden Perkuat Komitmen AS ke Israel

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden merilis pernyataan: "Selama perjalanannya, Sekretaris Blinken akan bertemu dengan para pemimpin Israel tentang komitmen kuat kami terhadap keamanan Israel. Dia akan melanjutkan upaya pemerintah kami untuk membangun kembali hubungan dengan, dan mendukung, rakyat dan pemimpin Palestina, setelah bertahun-tahun diabaikan." 

"Dan, dia akan melibatkan mitra kunci lainnya di kawasan, termasuk dalam upaya internasional terkoordinasi untuk memastikan bantuan segera mencapai Gaza dengan cara yang menguntungkan orang-orang di sana dan bukan Hamas, dan untuk mengurangi risiko konflik lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang," tulis Biden.  

"Yang paling penting adalah gencatan senjata tetap berlaku,” kata seorang pejabat senior di Departemen Luar Negeri AS tentang perjalanan tersebut. "Sangat penting untuk melakukannya. Kami tidak ingin melihat kembali pertumpahan darah yang memilukan selama konflik 11 hari, dan kami mencari cara untuk meningkatkan kehidupan Israel dan Palestina." 

Pejabat itu juga ditanya apa yang bisa dilakukan untuk memastikan uang bantuan tidak dialihkan ke Hamas."Kami akan bekerja dalam kemitraan dengan PBB dan PA (Otoritas Nasional Palestina) untuk menyalurkan bantuan dengan cara yang terbaik untuk diberikan kepada orang-orang di Gaza," katanya. 

"Kami akan melakukan apa pun yang kami bisa,  agar bantuan ini menjangkau orang-orang yang paling membutuhkan," tambah pejabat itu. “Kami berfokus terutama untuk memastikan bahwa gencatan senjata berlaku.” 

“Kami, dan donor lainnya, mencoba untuk menyusun berbagai hal,  dengan cara mengurangi kemampuan Hamas, memperkuat rakyat Gaza [dan] memulai proses,  yang diharapkan dapat memperkenalkan kembali,  dan mengintegrasikan kembali Otoritas Palestina ke Gaza, dan bermitra dengan Perserikatan Bangsa-bangsa, " katanya. 

"Amerika Serikat tetap berkomitmen pada solusi dua negara: Itu tetap menjadi visi Amerika Serikat," lanjut pejabat itu. “Kami tidak ragu-ragu tentang itu dengan cara apa pun.” 

Baca Juga: Masjid Al-Aqsa Terlarang bagi Muslim: Kecuali Berusia 45 Tahun ke Atas

Saat berada di Ramallah, Blinken berencana bertemu Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, Perdana Menteri Mohammad Shtayyeh dan pejabat tinggi Palestina lainnya.

Selanjutnya di Kairo, Blinken akan bertemu Presiden Abdel Fattah el-Sisi dan Menteri Luar Negeri Sameh Shoukry. 

Perhentian terakhirnya, di Amman, adalah untuk pertemuan dengan Raja Abdullah dan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Ayman Safadi.  

Kunjungan Blinken juga dilakukan sebelum putaran kelima negosiasi tidak langsung antara AS dan Iran untuk kembali ke kesepakatan Iran 2015, dan pejabat Israel berencana untuk mengangkat masalah tersebut dalam pertemuan mereka.  

Baca Juga: Perang 11 Hari Israel-Hamas Diklaim Disetel Benjamin Netanyahu

Presiden Iran: AS Gagal

Sementara itu, dilansir dari IRNA, Senin, 24 Mei 2021,Presiden  Hassan Rouhani menyatakan bahwa merupakan kemenangan besar bagi bangsa Iran karena AS telah mengakui kegagalan kebijakan dalam menekan Iran secara maksimum.

Hal ini ditegaskan dalam pertemuan koordinasinya dengan  kepala tiga cabang kekuasaan di Kota Teheran, Ibu Kota Iran. Rohani menekankan, warga AS berkewajiban untuk menghentikan sanksi yang bertentangan dengan JCPOA tersebut.

Menurutnya,  kemenangan itu merupakan hasil perlawanan dan ketabahan bangsa Iran.  "Hari ini juga, Amerika berkewajiban untuk menghentikan sanksi-sanksi yang bertentangan dengan JCPOA, dan ini akan menandai kemenangan ganda Iran. Kemenangan ini adalah hasil perlawanan bangsa Iran selama tiga setengah tahun terakhir, bimbingan dari Pemimpin Tertinggi Iran, dan seluruh upaya manajemen pemerintah selama periode terberat dalam sejarah negara kita," katanya. 

Rouhani menegaskan bahwa selama 15 bulan terakhir, meskipun pandemi korona meluas, ada tekanan ganda yang diberlakukan terhadap Iran, yang dapat dikatakan adalah salah satu era terberat selama abad terakhir. 

Adapun JCPOA adalah singkatan dari  Joint Comprehensive Plan of Action atau dikenal dengan sebutan kesepakatan nuklir Iran. Ini adalah sebuah perjanjian mengenai program nuklir yang disepakati di kota Wina pada 14 Juli 2015 oleh Iran, P5 + 1 (anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman), dan Uni Eropa. 

Berdasarkan perjanjian JCPOA, Iran telah menyatakan kesediaannya untuk memusnahkan cadangan uranium yang diperkaya dengan tingkat sedang, Uni eromengurangi 98 persen cadangan uranium yang diperkaya dengan tingkat rendah, dan mengurangi sekitar 2/3 jumlah pemusing gas yang dimilikinya selama 13 tahun.

Dalam waktu 15 tahun setelah perjanjian ini, Iran hanya boleh memperkaya uranium hingga 3,67 persen. Iran juga bersedia untuk tidak membangun reaktor air berat baru pada periode yang sama.

Kegiatan pengayaan uranium hanya untuk tujuan pendidikan di satu fasilitas yang memakai generasi pertama dalam kurun waktu 10 tahun.  Fasilitas lain akan dialihfungsikan untuk menghindari risiko pembuatan senjata nuklir.

Untuk memastikan dan memastikan bahwa Iran mematuhi perjanjian ini, International Atomic Energy Agency (IAEA) dapat mengunjungi fasilitas nuklir Iran secara berkala. Sebagai petunjuk, Iran menerima bantuan dari AS dan Uni Eropa, dan sanksi Dewan Keamanan PBB juga dapat mengurangi bantuan-bantuan itu. 

Pada 8 Mei 2018, Presiden Trump mengumumkan bahwa AS keluar dari JCPOA. Langkah Trump ini pun berusaha diperbaiki di era Biden dan juga Uni Eropa sehingga Iran diklaim merasa berada 'di atas angin'.*** 

 

Sumber: The Jerusalem Post, IRNA, Wikipedia       

 

 

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler