Dia kemudian kuliah di Universitas Ilmu dan Seni Rangoon.
Sejak tahun 1973, Ang Hlaing bergabung dengan Akademi Layanan Pertahanan hingga tahun 1974.
Selama di akademi, Ang Hlaing dijauhi oleh teman-teman sekelasnya karena kepribadiannya yang pendiam.
Ayah Aung Hlaing adalah U Thaung Hlaing, seorang insinyur sipil yang bekerja di Departemen Konstruksi.
Setelah lulus, Aung Hlaing melanjutkan untuk posisi komando di Mon State, dan pada 2002 dipromosikan menjadi Panglima yang Segitiga Komando Daerah, dan merupakan tokoh sentral dalam negosiasi dengan dua kelompok pemberontak, Tentara Negara Wa (UWSA) dan Tentara Nasional Aliansi Demokratik (NDAA).
Aung Hlaing menjadi terkenal pada 2009, setelah memimpin serangan terhadap pemberontak Tentara Nasional Aliansi Demokratik di Kokang.
Pada Juni 2010, Aung Hlaing menggantikan Jenderal Shwe Mann sebagai Kepala Gabungan Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Pada November 2011, dilansir dari majalah berita The Irrawaddy, promosi itu terjadi setelah keberhasilann Aung Hlaing bertemu dengan pejabat militer Tiongkok, terkait menciptakan perjanjian bilateral untuk kerja sama pertahanan Myanmar-Tiongkok.
Ang Hlaing juga mengadakan pembicaraan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping mengenai kerjasama kedua negara terkait penanganan konflik dengan etnis Kachin.
Pada 27 Maret 2012, dalam pidatonya di Naypyidaw, Aung Hlaing membela peran lanjutan militer dalam politik nasional.