KALBAR TERKINI - Pada 2017, pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi bungkam, bahkan menghalangi upaya penyidik PBB terkait perintah Jenderal Min Aung Hlaing melakukan genosida etnis Muslim Rohingnya: diwarnai perkosaan ramai-ramai oleh tentara terhadap wanita dan anak-anak.
Itu sebabnya Suu Kyi dianggap iblis oleh etnis Rohingnya. Tak ada tindakan dari Suu Kyi ketika Tatmadauw -nama militer Myanmar- kian brutal melakukan genosida terhadap orang Rohingnya, etnis yang disebut oleh Aung Hlaing sebagai orang Bangladesh, bukan Myanmar, dan tak berhak hidup di Myanmar.
Kini, ketika Myanmar kembali berubah menjadi 'killing fields', Suu Kyi teruntungkan. Hampir 800 warga Myanmar telah dibantai militer sejak mengkudeta kepemimpinannya pada 1 Februari 2021.
Lepas dari semua itu, Aung Hlaing harus menanggung semua dosanya yang tak terampunkan, dan selalu ditolong oleh Cina, 'bangsa pedagang' yang dikenal di seantero jagat. Cina tutup mata melihat darah dan maut terus terjadi di Myanmar.
Demi kelancaran kontrak penjualan senjata, Cina, dan juga Rusia, menghalangi Dewan Keamanan (DK) PBB untuk melakukan intervensi di Myanmar untuk mengatasi konflik.
Cina dan Rusia selaku dua di antara lima Anggota Tetap PBB, telah menggunakan Hak Veto mereka untuk menghalangi berbagai upaya PBB turun tangan di Myanmar.
Baca Juga: Bantai Tentara, 19 Warga Dieksekusi: Tentara Tembak Pemuda Cacat di Masjid
Baca Juga: Di Balik Derita, Suu Kyi Bentuk Pemerintahan: Rakyat Myanmar Bersorak!
Baca Juga: Mulai Menunjukkan Taji, Polisi Virtual Tegur Ratusan Akun Media Sosial Terkait Aturan UU ITE