WASHINGTON (AP) - Gerilyawan Taliban melancarkan serangan pada hari pertama Ramadan di Afghanistan. Serangan terakhir -yang berlangsung sejak tiga pekan silam- disebut Ramadan Berdarah telah menewaskan 70 warga sipil dan tentara pemerintah.
Serangan Taliban yang tak menghormati bulan suci Ramadan ini kian memperkuat rencana Presiden Joe Biden untuk menarik mundur pasukan AS dari negara Timur Tengah wilayah Persia Raya tersebut, 11 September 2021.
Rencana ini pun mendulang kecaman dari lawan Biden di Senat AS. Para senator dari Partai Republik menganggap Biden pengecut karena mundur ketika Taliban sebagai musuh, belum ditaklukkan. Apalagi AS telah berkorban banyak selama 20 tahun di Afghanistan sejak 11 September 2001.
Biaya yang dikeluarkan selama membiayai operasi telah mencapai 1 triliun dolar AS. Bahkan sebanyak 2.200 tentaranya tewas, dan 20 ribu lainnya terluka. Sejumlah laporan intelijen yang bocor ke media menyebutkan, jumlah yang tewas sebenarnya lebih dari itu.
Baca Juga: Hillary Clinton Tulis Novel 'Negara Teror'
Baca Juga: Kurniawan alias Huang, 'Manusia Sampah' ini Dikembalikan ke Indonesia
Baca Juga: Kota Pekalongan Disorot Media Internasional, CNA: Bakal Tenggelam 2036 Mendatang
Jumlah yang tak didata ini berasal dari kalangan personel atau kelompok militer AS yang tewas selama menjalankan operasi intelijen dan kematian mereka disembunyikan.
Pasukan AS berada di Afghanistan dengan misi khusus untuk melibas gerombolan senjata Taliban, yang dianggap melindungi kawanan al-Qaeda, pimpinan Osama in Laden. Al-Qaeda bertanggung jawab atas serangan yang populer dinamakan 9/11, 11 September 2001.