Ransomware Rusia Beraksi di AS, Stok Daging Babi Bermasalah

- 3 Juni 2021, 02:24 WIB
  /ILUSTRASI SERANGAN RANSOMEWARE OLEH  PETE LINFORTH DARI PIXABAY/
/ILUSTRASI SERANGAN RANSOMEWARE OLEH PETE LINFORTH DARI PIXABAY/ /PETE LINFORTH

Server cadangan tidak terpengaruh, dan pihak perusahaan mengklaim  tidak mengetahui kemuingkinan adanya  data pelanggan,  pemasok, atau karyawan yang disusupi. “Sistem kami kembali online,  dan kami tidak menyia-nyiakan sumber daya apa pun,  untuk melawan ancaman ini,” tegas Andre Nogueira, CEO JBS AS dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Baye Fall, Anak Jin Senegal yang 10 Kali Kabur dari Penjara

Menurut pakar ransomware Allan Liska dari perusahaan keamanan siber Recorded Future, serangan ke JBS merupakan yang terbesar ke produsen makanan. Namun Liska merinci,  setidaknya 40 perusahaan makanan telah menjadi sasaran peretas selama setahun terakhir, termasuk pembuat bir Molson Coors, panic buydan E & J Gallo Winery.

Perusahaan makanan, lanjut Liska, berada di tingkat keamanan yang hampir sama dengan manufaktur dan pengiriman. Artinya, tidak terlalu (membahayakan keamanan perusahaan bersangkutan).

Serangan itu adalah yang kedua dalam sebulan terakhir ke infrastruktur penting di AS. Sebelumnya,  Mei 2021, peretas menutup operasi Colonial Pipeline di AS, selama hampir sepekan.   

Penutupan tersebut memicu antrean panjang dan panic buying di SPBU di seluruh wilayah tenggara AS.  Colonial Pipeline pun mengonfirmasi, pihaknya  membayar 4,4 juta  dolar AS ke peretas. 

Baca Juga: Islamfobia di Austria Membahayakan: Spanduk Ujaran Kebencian Disebar

JBS sendiri adalah produsen daging sapi, babi, dan ayam terbesar kedua di AS. Jika ditutup sekalipun untuk satu hari, AS akan kehilangan hampir seperempat dari kapasitas pemrosesan daging sapinya, atau setara dengan 20 ribu sapi potong, menurut Trey Malone, asisten profesor pertanian di Michigan State University. 

David White, presiden perusahaan manajemen risiko siber Axio, menyatakan bahwa AS tidak memiliki persyaratan keamanan siber untuk perusahaan di luar sistem listrik, nuklir, dan perbankan. Itu mungkin membuat perusahaan, seperti JBS dan Colonial Pipeline,  lebih berisiko. 

White menambahkan,  aturan atau regulasi  akan membantu, terutama untuk perusahaan dengan program keamanan siber yang tidak memadai,  atau belum matang.

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah