KALBAR TERKINI - Geng penjahat siber ransomware Rusia kembali beraksi di AS. Usai meretas jaringan internet Colonial Pipeline, perusahaan pipa bahan bakar terbesar di AS pada Mei 2021, serangan kembali dilakukan ke JBS, perusahaan pengolah daging terbesar di dunia yang berbasis di AS, akhir pekan lalu.
Ransomeware, nama serangan siber yang mengunci kendali operasional jaringan komputer milik perusahaan sebagai korban, bakal membuka kembali jaringan perusahaan setelah korban tersebut membayar uang tebusan.
Adapun serangan siber ke JBS diklaim berasal dari geng ransomware REvil di Rusia, menurut seorang sumber yang tak bersedia disebutkan jatidirinya. Sindikat itu dipastikan tak terkait dengan operasi intelijen Rusia melainkan murni aksi sindikat kriminal.
Pihak JBS sudah melapor ke Pemerintah Federal AS tentang permintaan uang tebusan dari geng kriminal siber ini. Sejak serangan siber akhir pekan lalu, dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Kamis, 3 Juni 2021, para ahli menyatakan, kerentanan yang terpapar oleh virus dari serangan ini dan lainnya masih jauh dari terselesaikan.
Baca Juga: Joe Biden Bagikan Bir Gratis bagi Warga AS yang Divaksin
REvil belum memposting apa pun yang terkait dengan peretasan di situs web gelapnya.
Tapi, hak ni tidak biasa. Sebab, sindikat ransomware memberlakukan aturan untuk tidak memposting tentang serangan ketika pihaknya masih bernegosiasi awal dengan korban, atau jika korban telah membayar uang tebusan.
JBS belum membahas permintaan tebusan dalam pernyataan publiknya. Pesan telepon dan email yang meminta komentar ditinggalkan oleh perusahaan pada Rabu.
Sementara menurut JBS, Selasa, 1 Juni 2021 malam, pihaknya telah membuat kemajuan signifikan dalam menangani serangan siber, dan mengharapkan sebagian besar pabriknya akan beroperasi pada Rabu. Serangan tersebut mempengaruhi server yang mendukung operasi JBS di Amerika Utara dan Australia.