Magdi El Gizouli, seorang peneliti Sudan yang berbasis di Jerman dari Rift Valley Institute menyatakan tentang kekaguman orang Sudan terhadap sistem Islam Iran, dan tidak lagi penting untuk aliansi seperti sebelumnya.
"Untuk membuktikan itu, Anda hanya perlu memikirkan tentang kerja sama intelijen berkelanjutan antara Sudan dan Amerika Serikat , sebuah perkembangan yang dimulai setelah 9/11 [serangan teroris al-Qaeda di Menara Kembar di AS], dan berlanjut hingga saat ini," katanya.
Gizouli menyatakan, Sudan awalnya menginginkan senjata Iran karena Sudan harus menangani pemberontakan di beberapa bidang. Pemberontak telah memerangi pemerintah Khartoum di provinsi selatan Sudan Kordofan Selatan dan Nil Biru pada 2011.
Khartoum juga telah memerangi pemberontak di wilayah barat Darfur sejak 2003. Gizouli mengakui, embargo senjata di Sudan yang diterapkan oleh kekuatan Barat juga telah memaksa pihak berwenang Sudan untuk mencari sumber senjata alternatif.
"Mereka memiliki versi khusus dari rudal Iran, rudal Rusia dan rudal China, apa pun yang mereka bisa lakukan," katanya. "Jadi negara mana pun yang siap mengirimkan teknologi ke Sudan, dan Sudan memanfaatkan peluang itu."
Baca Juga: Palestina makin Gawat, Yordania Lindungi Situs Suci Islam dan Nasrani
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK-PBB) memberlakukan embargo senjata ke pihak-pihak yang bertikai di beberapa bagian Sudan pada 2004. Namun, mengizinkan negara-negara untuk memasok senjata ke Sudan asalkan mereka mendapat jaminan bahwa senjata tersebut tidak akan digunakan untuk melakukan kekejaman.
Persenjataan Sudan Bermunculan
Dilansir dari Dabanga Sudan, 6 Juli 2014, amunisi, mortir, dan peluncur roket buatan Sudan, semakin banyak muncul di zona konflik di dalam dan di luar Sudan, dan Sudan Selatan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memverifikasi sejauh mana sebenarnya kemampuan manufaktur Perusahaan Industri Militer (MIC) Sudan, menurut pernyataan Survei Senjata Kecil yang berbasis di Swiss. Ini dinyatakan dalam sebuah laporan yang dirilis pada 2 Juli 2014.