Iran Kuasai 35 Persen Saham Industri Persenjataan Sudan di Yarmouk

- 18 Mei 2021, 23:28 WIB
PELUNCUT ROKET SUDAN - Sistem Peluncur Multiroket buatan Sudan,  TAKA 107mm MLRS di IDEX 2015, pameran pertahanan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Dilansir dari  Dabanga Sudan, 6 Juli 2014,  salah satu pabrik persenjataan Sudan di Yarmouk yang dijalankan oleh Badan Intelijen dan Keamanan Nasional (NISS), 35 persen  sahamnya dimiliki Iran./PHOTO: ARMY RECOGNITION/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS/
PELUNCUT ROKET SUDAN - Sistem Peluncur Multiroket buatan Sudan, TAKA 107mm MLRS di IDEX 2015, pameran pertahanan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Dilansir dari Dabanga Sudan, 6 Juli 2014, salah satu pabrik persenjataan Sudan di Yarmouk yang dijalankan oleh Badan Intelijen dan Keamanan Nasional (NISS), 35 persen sahamnya dimiliki Iran./PHOTO: ARMY RECOGNITION/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS/ /ARMY RECOGNITION

Sebuah kelompok pemantau yang berbasis di AS, menyatakan, gambar satelit tentang Yarmouk yang diambil sebelum dan setelah insiden Israel menjelang fajar.  menunjukkan bahwa kompleks itu menampung 'kargo yang sangat mudah menguap, dan meledak ketika dihantam oleh amunisi yang dikirim dari udara.

Sejak insiden itu, komentator pertahanan Israel  mengklaim,  kargo yang 'mudah menguap' di Yarmouk termasuk pengangkut rudal, dibuat di bawah pengawasan Iran untuk diselundupkan melalui wilayah Sudan dan Mesir ke militan Palestina di Jalur Gaza.

Para pejabat Israel menolak berkomentar tentang apa yang terjadi di Yarmouk, tetapi mengulangi tuduhan mereka atas koordinasi Sudan-Iran dalam penyelundupan senjata.

Sudan dan  Iran Membantah

Sudan dan Iran pun bereaksi terhadap tuduhan tersebut. Para ejabat Sudan dan Iran kala itu membantah keterlibatan Iran di kompleks Yarmouk,  dan menuduh Israel mencari alasan palsu untuk menyerang Sudan.

Sudan yang mayoritas Sunni telah berusaha untuk meningkatkan kemampuan militer dengan bantuan Iran yang didominasi Syiah sejak kudeta 1989 yang membawa Presiden Omar al-Bashir ke tampuk kekuasaan.

Mantan utusan khusus AS untuk Sudan Andrew Natsios menyatakan,  seorang Islamis Sudan terkemuka yang mendukung kudeta, yakni Hasan al-Turabi berhasil mendekati penguasa Islam Iran untuk membentuk aliansi Sunni-Syiah antara kedua negara. 

Menulis di majalah AS,  Natsios menyatakan bahwa Sudan adalah satu-satunya negara yang telah membentuk 'aliansi  abadi dengan Iran berdasarkan ideologi Islamis bersama'. 

Baca Juga: Iran Tuding AS Suplai Roket Mematikan ke Israel

Beberapa spesialis menyatakan, Khartoum dan Teheran mengembangkan kemitraan intelijen pada 1990-an, dengan cara agen Sudan pergi ke Teheran untuk pelatihan,  dan agen Iran menggunakan Sudan sebagai pusat Afrika. 

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah