Turki Bantai Ribuan Pejuang: Orang Kurdi Pantang Menyerah

- 30 Mei 2021, 21:25 WIB
TENTARA WANITA KURDI - Personel wanita dari    Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Dicap teroris oleh Turki dan AS,  suku terbesar keempat di Timur Tengah ini terus bertempur demi memiliki suatu negara sendiri./FOTO: TWITTER ESCHERSAND  UNDERGROUND HUMAN RESERVATIONS/CAPTION:  OKTAVIANUS CORNELIS/
TENTARA WANITA KURDI - Personel wanita dari Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Dicap teroris oleh Turki dan AS, suku terbesar keempat di Timur Tengah ini terus bertempur demi memiliki suatu negara sendiri./FOTO: TWITTER ESCHERSAND UNDERGROUND HUMAN RESERVATIONS/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS/ /TWITTER ESCHERSAND UNDERGROUND HUMAN RESERVATIONS

Hubungan antara bangsa Turki dan Kurdi telah terjalin lama. Turki melihat meningkatnya kekuatan pasukan Kurdi di sepanjang perbatasan selatannya sebagai ancaman, dan Erdogan telah bertahun-tahun membuat pengumuman rencana intervensi militer di daerah kantong utara Suriah.

Tetapi kenyataannya, akar dari perselisihan itu meluas jauh ke belakang, dan Kurdi secara intrinsik terkait dengan konflik domestik di Turki. Turki misalnya, telah berkonflik dengan PKK sejak meluncurkan gerakan separatis dengan kekerasan di Turki pada awal dekade 1980-an.

Baca Juga: Ratusan Kerangka Anak Indian Ditemukan di Bekas Gedung Sekolah

Berjasa Usir ISIS

Di seberang perbatasan di Suriah, milisi cabang bernama Unit Perlindungan Rakyat Kurdi, telah aktif sejak 2004. Dikenal sebagai YPG, milisi ini telah lama berupaya membentuk negara otonom bagi Kurdi.

YPG dan milisi perempuan Kurdi yang terkait sebenarnya didukung oleh beberapa pihak di Barat karena sikap anti-Islamisnya.  Milisi ini telah menarik sejumlah sukarelawan AS dan Eropa untuk bertarung di barisannya selama pertempuran melawan ISIS.

Tetapi anggota milisi memiliki ikatan yang dalam dengan PKK, kelompok Kurdi yang dianggap Turki sebagai organisasi teroris, meskipun para pemimpinnya mengecilkan kaitan milisi dengan PKK.

Di awal perang sipil Suriah, milisi berhasil membangun daerah kantong damai, mereka menyebutnya Rojava, di utara Suriah. Para anggota milisi akhirnya bergabung dengan kelompok-kelompok regional lainnya,  dan berperan dalam merebut wilayah Suriah yang luas dari ISIS, dan mengusir ISIS dari wilayah terakhirnya di Suriah.

Seiring SDF merebut kembali kendali atas kota-kota di Suriah timur laut dari ISIS, kekuatan Kurdi tumbuh. Dan Erdogan semakin menyuarakan keprihatinan. Operasi Turki melawan Kurdi di Suriah pun membuat Washington terjebak di antara dua sekutu.

Di masa Presiden AS Donald Trump ketika pasukan AS ditarik secara efektif dari Suriah telah membuka peluang serbuan Turki. Erdogan telah lama menganjurkan penarikan AS dari Suriah, dan mendesak Trump untuk menarik dukungannya dari SDF. AS dan Turki yang merupakan sekutu NATO, telah lama menjadi sekutu dekat.***

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x