Lantas, apakah konflik mengerikan ini akan mengulang lagi peperangan paling singkat dan mematikan dalam sejarah dunia, yang dinamakan Perang Enam Hari?
Dalam Perang Enam Hari, Israel memenangkan pertempuran melawan enam negara Arab sekaligus: Mesir, Lebanon, Suriah, Yordania, Turki, Irak, ditambah Gerakan Pembebasan Palestina (Palestine Liberation Organization/PLO).
Perang Enam Hari terjadi setelah bertahun-tahun terjadi gesekan diplomatik dan pertempuran kecil antara Israel dan tetangganya. Pasukan Pertahanan Israel memenangkan pertempuran secara cepat dan telak.
Armada-armada tempur Mesir misalnya, ditinggalkan termasuk oleh infanterinya di banyak titik di sepanjang Terusan Zuez . Sementara Suriah diselamatkan oleh PBB pada detik-detik terakhir masuknya pasukan AS ke ibu kotanya, Damaskus.
Israel melancarkan serangan udara pencegahan, yang melumpuhkan angkatan pasukan udara Mesir dan sekutunya. Israel kemudian melancarkan serangan darat yang berhasil dan merebut Semenanjung Sinai, dan Jalur Gaza dari Mesir, Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah.
Dikutip dari History, 11 Mei 2018, perang singkat yang berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB ini, telah secara signifikan mengubah peta Timur Tengah, dan menimbulkan gesekan geopolitik yang berkepanjangan.
Pada 1948, pasca gesekan diplomatik dan perang kecil antara Israel dengan negara-negara Arab menyusul perselisihan seputar pendirian Israel, koalisi negara-negara Arab telah melancarkan invasi yang gagal ke negara Yahudi yang baru lahir, sebagai bagian dari Perang Arab-Israel.
Konflik berkembang besar pada 1956, yang dikenal sebagai Krisis Suez, ketika Israel, Inggris Raya, dan Prancis melancarkan serangan kontroversial ke Mesir, sebagai tanggapan atas nasionalisasi Terusan Suez oleh Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.
Baca Juga: Latihan Maritim Indonesia-China: AS Pantau dari Kapal Misterius Norwegia?