KABUL, KALBAR TERKINI - Sidang sesi pertama di Parlemen Nasional Afghanistan, Senin, 10 Mei 2021, sarat akan kecaman terhadap pemerintah. Negara dianggap tidak bisa mengamankan rakyatnya menyusul serangan bom mobil mematikan sekolah Sayed Al-Shuhada, Kabul , Ibu Kota Afghanistan, Sabtu, 8 Mei 2021.
Negara dianggap lemah karea intelijen dianggap tak berdaya, dan militer juga tak sanggup menangani sepak terjang Taliban. Padahal, gerakan nasionalis Islam Sunni ini sudah masuk daftar hitam di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sebagai teroris.
Presiden Ashraf Ghani bahkan langsung menuding, serangan bom mobil beruntun di sekolah Sayed Al-Shuhada, yang didominasi keluarga miskin dari kalangan Islam Syiah yang dimusuhi Taliban, tak lain adalah ulah Taliban sendiri.
Baca Juga: Bom Mobil Renggut Nyawa Dara Kecil Penenun Karpet
Adapun dalam sidang di parlemen, sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com dari Tolo News, Senin, Gul Ahmad Kamin, anggota parlemen dari Kandahar, menyatakan tak tahan lagi mendengar kata-kata 'mengutuk' dari pemerintah atas serangan bom tersebut “Kami mengutuknya dengan sangat kuat. Ini 'istilah yang sering diulang-ulang' oleh pejabat pemerintah, tapi publik sudah bosan dengan yang diulang-ulang seperti itu, ” kecam Ahmad.
Pembunuhan dan Genosida
Sidang ini sarat dengan berbagai kecaman verbal yang sangat panas. Semua wakil rakyat Afghanistan sepakat menyalahkan pemerintah. Apalagi serangan mematikan ini telah menewaskan lebih dari 60 orang, semua siswa remaja, dan lebih dari 150 luka-luka.
Beberapa anggota parlemen menyerukan pencabutan jabatan kepala keamanan. Mereka pun sepakat, pemerintah harus menjamin keselamatan rakyat ketimbang hanya menyatakan 'mengutuk' dan 'berduka', tanpa tidnakan yang nyata.
“Ketika badan intelijen dan organisasi terkait lainnya tidak begitu sadar, lalu apa logika di balik keberadaan mereka?” timpal Shahgul Rezaee, seorang anggota parlemen dari Ghazni.