Demo Myanmar Menggila, Facebook Hapus Halaman Militer, Puluhan Ribu Warga Turun ke Jalan

- 21 Februari 2021, 16:03 WIB
PROTES -  Para pengunjuk rasa berbaris selama protes menentang kudeta militer, dekat kuil di Bagan, Myanmar, Kamis, 18 Februari 2021./REUTERS/STRINGER/
PROTES - Para pengunjuk rasa berbaris selama protes menentang kudeta militer, dekat kuil di Bagan, Myanmar, Kamis, 18 Februari 2021./REUTERS/STRINGER/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

YANGON, KALBAR TERKINI - Unjuk rasa di Myanmar semakin memanas menyusul tewasnya dua pendemo di Kota Mandalay. Puluhan ribu warga kembali turun ke jalan-jalan utama di berbagai kota, Minggu, 21 Februari 2021 pagi.

Dilansir Kalbarterkini.com dari Reuters, Minggu, seorang aktivis hari ini dicokok aparat. Sementara Facebook menghapus halaman utama militer Myanmar karena melakukan penghasutan dan tidak sesuai standar keamanan yang diberlakukan manajeme medsos tersebut.

Sejak pagi, puluhan ribu penentang kudeta militer Myanmar 1 Februari 2021, berkumpul di berbagai kota, dari utara ke selatan. Mereka tidak terpengaruh oleh peristiwa berdarah sehari sebelumnya ketika pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa dan menewaskan dua orang.

Baca Juga: Tragedi Euoromaidan Tewaskan 104 Orang, Ukraina Buru Pelaku Rusuh yang 'Ngumpet' di Rusia

 

Pihak militer tidak mampu memadamkan demonstrasi dan kampanye pembangkangan sipil terhadap kudeta dan penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi serta jajajarannya.

Upaya militer yang menjanjikan pemilihan baru dan kelonggaran atas perbedaan pendapat, malah semakin meningkatkan gelombang protes rakyat Myanmar. Di kota utama Yangon, ribuan  anak muda berkumpul di dua lokasi sambil meneriakkan slogan, sementara ribuan lainnya berkumpul secara damai di kota kedua, Mandalay.

“Mereka membidik kepala warga sipil yang tidak bersenjata, tepat di depan kami,” kata seorang pengunjuk rasa berusia muda di tengah  kerumunan massa di Yangon. 

Di Kota Myitkyina, utara Myanmar, dalam beberapa hari terakhir ini terjadi kerusuhan akibat tindakan represif aparat terhadap pendemo. Warga pun meletakkan bunga untuk menghormati para pengunjuk rasa yang tewas, sementara anak-anak muda berkeliling dengan sepeda motor sambil membawa spanduk. 

Baca Juga: Perbatasan Kalbar-Malaysia Rawan Narkoba, WN Pakistan Ditangkap Tadi Subuh

 

Militer Salahkan Rakyat

Juru bicara militer, Zaw Min Tun yang juga juru bicara dewan militer baru, belum menanggapi upaya Reuters yang menghubunginya melalui telepon untuk memberikan komentar. 

Min Tun dalam konferensi pers pada Selasa, 15 Februari 2021. mengklaim bahwa tindakan tentara selama ini tetap di jalur konstitusi.

Pengunjuk rasa disalahkan karena dituduhnya memicu kekerasan. Pada Sabtu lalu di Mandalay, kalangan etnis minoritas, penyair, dan pekerja transportasi, menggelar demo damai. Mereka berbaris rapih di berbagai  tempat.

Di kawasan lain di kota itu, terjadi bentrok antara polisi dan tentara dengan pekerja galangan kapal yang awalnya menggelar aksi mogok. Ketika aki memanas, beberapa demonstran menembakkan ketapel ke arah polisi.

"Polisi menanggapi dengan gas air mata dan tembakan ke arah pengunjuk rasa," kata seorang saksi mata. 

Klip video yang beredar di medsos menunjukkan anggota pasukan keamanan yang melakukan penembakkan. dan para saksi menyatakan telah menemukan selonsong peluru-peluru karet dan tajam. 

Dua orang yang ditembak hingga tewas adalah remaja lelaki dan 20 pendemo lainnya luka-luka. Pelapor Khusus PBB untuk Myanmar, Tom Andrews menatakan sangat ngeri menyaksikan insiden itu. 

Baca Juga: Tindak Pelanggaran Prokes Covid-19, Satpol PP Pontianak Harus Garang

“Dari meriam air, peluru karet hingga gas air mata, dan sekarang pasukan menembaki pengunjuk rasa damai itu. Kegilaan ini harus diakhiri,” katanya di Twitter

Surat kabar Global New Light of Myanmar yang dikelola pemerintah menyatakan, para pemogok melakukan sabotase kapal dan menyerang polisi dengan tongkat, pisau, dan ketapel.

"Delapan polisi dan beberapa tentara terluka," tulisnya. Surat kabar itu tidak menyebutkan kematian tetapi hanya menulis: "Beberapa pengunjuk rasa yang agresif juga terluka karena tindakan pengamanan yang dilakukan oleh pasukan keamanan." 

Seorang wanita muda pengunjuk rasa  adalah pendemo pertama yang tewas, Selasa, 9 Februari 2021. Dia ditembak di kepala saat aksi demo. Militer pun balas mengklaim, seorang polisi tewas karena luka-luka. 

Pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi mengutuk kekerasan di Mandalay dan menyebutnya sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.  

Tentara merebut kekuasaan setelah menuduh penipuan dalam pemilu 8 November 2020 yang disapu NLD, kemudian  menahan Suu Kyi serta jajaran pimpinan NLD lainnya. KPU Myanmar sendiri telah menepis tuduhan militer tersebut. 

Sementara itu, Facebook menyatakan telah menghapus halaman utama militer, Tatmadaw True News Information, karena pelanggaran berulang kali terhadap standarnya yang melarang hasutan kekerasan dan mengoordinasikan kerusakan. 

Adapun aktivis yang ditangkap pada Minggu dini hari ini, Lu Min, adalah satu dari enam orang yang dicari militer berdasarkan undang-undang anti-hasutan. "Lu Min  dianggap memprovokasi pegawai negeri sipil untuk bergabung dalam protes dini hari ini, kata istrinya, Khin Sabai Oo di Facebook-nya. 

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik Myanmar menyatakan, 569 orang telah ditahan militer terkait demo Negara-negara Barat yang mengutuk kudeta tersebut mengecam pula aksoi kekerasan militer tersebut.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Ned Price menyatakan keprihatinan pihaknya. 

PBB, Prancis, Singapura dan Inggris juga mengutuk kekerasan itu. Menteri Inggris Dominic Raab menyatakan, penembakan terhadap pengunjuk rasa adalah sudah di luar batas. Sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan di Twitter bahwa kekuatan mematikan tidak dapat diterima. 

AS, Inggris, Kanada dan Selandia Baru telah mengumumkan sanksi dengan memfokuskan kepada para pemimpin militer, tetapi para jenderal telah lama menepis adanya tekanan asing. 

Suu Kyi menghadapi tuduhan melanggar Undang-undang Penanggulangan Bencana Alam Myanmar serta mengimpor enam radio walkie-talkie secara ilegal. Tokoh kharismatis Myanmar ini akan menghadiri sidangnya pada 1 Maret 2021.***  

 

Sumber: Reuters

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x