“Oven masih bekerja, dan menghasilkan rasa khusus yang sama dengan aroma, dan rasanya yang berbeda,” kata putra Shoukry ini.
Campuran lama dari roti tersebut, masih dipertahankan, bahkan setelah sang ayah meninggal lebih dua dekade lalu.
Sebagian besar pelanggan toko berasal dari Al-Balad, Jalan Qabel, Suwaiqah, Jalan Al-Sham dan lingkungan terdekat lainnya di kota tua Jeddah.
Kesegaran aromanya masih bisa tercium saat melewati pasar lama, tempat yang sama, persis dengan tempat berdirinya bertahun-tahun lalu, melayani masyarakat, tua maupun muda, dalam kualitas dan kuantitas yang sama, sebuah peninggalan yang berharga dari kota tua masih kuat sampai sekarang.
Makam Siti Hawa
Jeddah terletak di tepi Laut Merah, dan sebagaimana kota-kota lainnya di Arab Saudi, Jeddah memiliki iklim gurun.
Jeddah sebelumnya hanyalah sebagai desa nelayan pada 2500 tahun lalu, yang didirikan pada 647 Masehi oleh Khalifah Utsman bin Affan, yang akhirnya digunakan sebagai pelabuhan untuk kepentingan jamaah haji, terutama pada masa-masa perjalanan jamaah haji dilakukan melalui laut, bukan melalui udara seperti sekarang.
Sebagai kota dagang, Jeddah memiliki fasilitas kota yang cukup memadai. Pelabuhan lautnya merupakan pelabuhan utama, menjadi sentral perdagangan menuju berbagai negara, khususnya negara-negara di pesisir timur Afrika, dan Yaman.