WASHINGTON, KALBAR TERKINI - Pihak FBI memastikan akan menemukan lokasi dari geng siber ransomware Rusia yang menyerang jaringan internet perusahaan bahan bakar AS Colonial Pipeline menyusul pembayaran uang tebusan dari perusahaan tersebut berupa 75 Bitcoin dan 4,4 juta dolar AS.
Pembayaran terpaksa dilakukan oleh distributor bahan bakar yang mengusai jaringan di timur AS karena pihaknya tak mau terus merugi. Pada Jumat, 7 Mei 2021, operasional Colonial Pipeline yang dikendalikan lewat internet, terkunci karena dienskripsi oleh sindikat kriminal ransomware tersebut.
Baca Juga: Ratko Mladic, Algojo Muslim Bosnia yang Membusuk di Penjara
Enskripsi tersebut mengakibatkan stok bahan bakar di wilayah timur AS terancam terhenti jika jaringan internet terus terkunci. Ini karena operasional perusahaan itu berjalan sangat tersendat-sendat.
Padahal, pihak Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) sudah mengingatkan supaya pihak Colonial Pipeline menampik tuntutan uang tebusan, supaya sindikat ransomware menjadi kapok.
Apalagi, lembaga investigasi independen federal di bawah naungan Departemen Keadilan AS ini mengklaim terus berkoordinasi dengan semua pihak, termasuk dengan Rusia, yang mengklaim tak bekerjasama dengan sindikat kriminal, terkait pengusutan kasus semacam itu.
Pembayaran uang tebusan diakui oleh CEO Colonial Pipelibe, Joseph Blount di hadapan Komite Keamanan Dalam Negeri di Senat AS, Washington, Selasa, 8 Juni 2021.
Baca Juga: FBI Gunakan Aplikasi ANOM Jebak Penjahat di 100 Negara
Dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Blount tampil di Senat AS, hanya sehari setelah Departemen Kehakiman AS mengungkapkan telah memulihkan sebagian besar dari pembayaran tebusan 4,4 juta dolar AS dari pihak Colonial Pipeline, dengan harapan sistemnya kembali online.