Forn Al-Shaikh, Toko Roti di Arab Saudi sejak Zaman Ottoman

- 9 Juni 2021, 03:14 WIB
TOKO ROTI TERTUA - Mukhtar Shoukry, pemilik Forn Al-Shaikh, toko roti tertua di Kerajaan Arab Saudi, meneruskan warisan ayahnya yang mendirikan toko tersebut sejak era Kekaisaran Ottoman./FOTO: ARAB NEWS/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS/
TOKO ROTI TERTUA - Mukhtar Shoukry, pemilik Forn Al-Shaikh, toko roti tertua di Kerajaan Arab Saudi, meneruskan warisan ayahnya yang mendirikan toko tersebut sejak era Kekaisaran Ottoman./FOTO: ARAB NEWS/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS/ /ARAB NEWS

Muhktar menambahkan, ayah dan kerabatnya adalah pedagang biji-bijian. "Ketika bibi saya menikah dengan kepala pembuat roti di Madinah, ayah mulai bekerja sebagai pembuat roti dengan sedikit uang, tetapi dia mencintai profesinya," ujarnya.

Baca Juga: Ratko Mladic, Algojo Pembunuh Muslim Bosnia yang Membusuk di Penjara

Shoukry bekerja dengan pamannya selama sekitar delapan hingga 10 tahun, sebelum akhirnya bertemu dengan Fakhri, sang paman yang biasa mengirim pedagang ke Negeri Syam,  wilayah di bagian barat Saudi Arabia yang terdiri dari beberapa negara saat ini, yakni Suriah, Palestina, Yordania, dan Lebanon.   

Di Negeri Syam, sang ayah tinggal selama tiga tahun di wilayah AlUla, kemudian pindah Turki, sebelum pindah ke Makkah, dan akhirnya kembali ke Madinah untuk bekerja sebagai pembuat roti. 

“Dia memiliki pendidikan yang keras, karena bekerja sejak usia sangat dini. Tapi, ayah saya memperoleh pengalaman dan pengetahuan dari orang-orang di sekitarnya, berpindah dari satu lingkaran sosial ke lingkaran berikutnya,  meskipun dia buta huruf,” kenang  Mukhtar. 

Baca Juga: FBI Gunakan Aplikasi ANOM Jebak Penjahat di 100 Negara

Koridor Umat Muslim Berabad-abad

Sang ayah pernah menyatakan kepada  Mukhtar bahwa wilayah Hijaz adalah koridor yang dilalui jutaan Muslim selama berabad-abad untuk berhaji dan menuju dua masjid Suci di Makkah dan Madinah. Mereka membawa serta budaya, warisan, tradisi, dan pengalaman dari negara masing-masing. 

“Makanya, Hijaz adalah wadah di mana pengalaman dan sains Timur terakumulasi selama berabad-abad, menyatukan pengobatan tradisional Timur dan Arab, yang berpuncak pada slogan 'Makanan adalah Obat,’ karena orang-orang biasa memperlakukan diri sendiri dengan makanan," kata Mukhtar menirukan kalimat sang ayah. 

“Ayah saya memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang digunakan sebagai obat, dan memiliki latar belakang agama yang kuat. Karena itu, diadikenal sebagai orang yang alim,  dan bijaksana," tambahnya.

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah