Kedua entitas, The Royal Bank of Scotland NV dan ABN Amro NV, mendapatkan lisensi terpisah dari Bank Sentral Belanda, dan untuk sementara berada di bawah dan dikelola oleh manajemen ABN mro Holding NV.
Pada 1 april 2010, ABN Amro Bank NV dialihkan ke sebuah induk perusahaan baru yang dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Belanda: ABN Amro Group NV. ABN Amro Group NV juga menjadi pemegang saham Pemerintah Belanda di Fortis Bank (Nederland) NV.
Pada saat yang sama, ABN Amro Holding NV diubah namanya menjadi RBS Holdings NV. Pengalihan keABN Amro Group NV ini menandai selesainya proses pemisahan ABN Amro dan RBS.
Pada 15 april 2010, manajemen ABN Amro Bank NV, Fortis Bank (Nederland) NV dan ABN Amro Group NV, mengajukan proposal merger ke Amsterdam Chamber of Commerce, di mana Fortis Bank (Nederland) NV akan menggabungkan diri ke dalam ABN Amro Bank NV.
Proposal ini merupakan langkah formal sebagai bagian dari merger secara hukum yang kala itu direncanakan selesai pada paruh kedua 2010.
ABN Amro di Indonesia
Sejarah ABN Amro di indonesia berawal pada 27 Februari 1826, dengan dibukanya kantor perdagangan di Batavia.
Saat ini, ABN Amro memiliki jaringan 20 kantor cabang yang tersebar di 10 kota besar di Indonesia: Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Makassar, Manado, Semarang, Solo, Denpasar, dan Balikpapan.
Pada 2008, ABN Amro mulai menggunakan nama RBS di indonesia.
Pada 4 agustus 2009, RBS mengumumkan penjualan unit perbankan ritel dan komersialnya (yang sebelumnya merupakan aset ABN Amro) di Indonesia ke PT Anz Panin Bank.