Molloy bahkan menyebut Minassian sebagai 'John Doe' untuk mencoba menyangkal ketenaran yang diinginkannya. Laki-laki sinting ini diklaim melakukan pembunuhan karena ingin ngetop.
"Tuan 'Doe' melakukan kejahatan ini dalam periode yang cukup lama, dilakukan lewat keputusan dan pertimbangan. Serangannya terhadap 26 korban pada hari itu, adalah tindakan yang dilakukan dengan nalar, meskipun sifatnya mengerikan dan dia tidak merasa menyesal, serta tidak ada empati terhadap para korbannya," tegas hakim.
Hakim: Ingin Tenar!
"Terdakwa melakukan kejahatan yang mengerikan, salah satu tragedi paling dahsyat yang pernah dialami kota ini, dengan tujuan untuk mencapai ketenaran," lanjut hakim. \
Serangan berantai mematikan itu berawal pada April 2018, ketika Minassian mengemudikan van sewaan melipir sepanjang trotoar di jalan utama utara Toronto yang sibuk. Dia memukul hingga mati satu demi satu korban.
Boris Bytensky menyatakan belum sempat membaca seluruh putusan. Tetapi dia mengaku memiliki rasa hormat yang luar biasa terhadap hakim sekalipun hukuman itu diklaimnya mengecewakan.
Mengenai kemungkinan banding, Bytensky mengatakan, "“Apakah dia memilih untuk naik banding atau tidak, itu adalah keputusannya!"
Baca Juga: Punahnya Anjing Penyanyi Papua Nugini: Lolongannya Memilukan, 'Saingan Beratnya Panbers'
Hakim Molloy sempat membaca nama-nama orang yang dibunuh dan dilukai dan juga luka-luka korban yang selamat: patah tulang hingga otak berdarah.
“Dia memiliki otak yang berfungsi, rasional, dan memahami realitas dari apa yang dia lakukan .... Dia tetap memilih untuk melakukan kejahatan. Karena itulah yang benar-benar ingin dia lakukan," kecam hakim.
"Hasilnya (vonis) tidak mengejutkan, mengingat bukti yang disajikan di persidangan, kata pengacara kriminal Toronto, Daniel Brown.