Ironisnya, kekejaman ini justru dilakukan oleh Tentara Mali dengan melibatkan Grup Wagner. Mereka dilaporkan melakukan 'tindakan kriminal secara berulang' terhadap warga di wilayah perbatasan antarnegaraini.
Pemerintah Mali dan Mauritania telah meluncurkan penyelidikan bersama, yang hasilnya belum dipublikasikan pada awal Agustus 2022 ini.
Menurut seorang diplomat di New York, AS, aksi terakhir adalah bagian dari operasi kelompok paramiliter Grup Wagner, yang telah dikerahkan bersama militer Mali sejak Januari 2022.
Baca Juga: Kerap Mencuri di Pedesaan, Tentara Bayaran Turki Tega pula Culik Warga Suriah
Sementara itu, Pemerintah Rusia membantah terlibat dengan kehadiran Grup Wagner di Mali dan Mauritania.
Dilaporkan bahwa pada 5 Maret 2022 pukul 8.30 pagi (setempat dan GMT), sekelompok tentara kulit putih tiba dengan helikopter di Robinet El Ataye.
Ini adalah sebuah desa dengan banyak sumur yang sering digunakan oleh penggembala Mali dan Mauritania yang mencari padang rumput, menurut laporan.
Para prajurit ini mengumpulkan para pria, termasuk remaja, mengikat tangan mereka di belakang punggung, dan menutup matanya.
Mereka kemudian digiring ke tengah desa, sementara perempuan dan anak-anak diperintahkan pulang, dan tidak melihat, demikian laporan.
Menurut kelompok pencari fkata dari kedua negara ini, mereka tidak dapat mengunjungi lokasi, tetapi telah mengumpulkan beberapa kesaksian.