WASPADA! Malaysia Bernafsu Dominasi Politik di Asia Tenggara: Dikecam di 'Kandang' Sendiri!

- 6 April 2022, 07:40 WIB
Presiden Jokowi Dukung Bahasa Melayu sebagai Bahasa Kedua ASEAN, Mendikbud Ristek Menolak
Presiden Jokowi Dukung Bahasa Melayu sebagai Bahasa Kedua ASEAN, Mendikbud Ristek Menolak /Pixabay

Salah satu kemungkinan pandangan konfliktual, lanjut Philip, adalah bahwa tidak mudah bagi salah satu dari tiga negara untuk mengklaim kepemilikan eksklusif bahasa Melayu karena perjanjian MABBIM.

Itu harus menjadi bahasa bersama dari tiga negara, oleh karena itu ada kebutuhan untuk menyepakati satu nama umum untuk bahasa tersebut.

Secara hipotesis, untuk kepentingan ASEAN, bahasa kedua dapat disebut Bahasa Nusantara, yang mencakup penutur Bahasa Melayu/Indonesia/Brunei.

Dengan kekuatan tiga suara digabungkan, tambah Philip, maka kemungkinan besar bahwa negara-negara yang lebih kecil, berhadapan dengan tiga negara ini, akan mengindahkan wacana tersebut.

"Jika itu (bahasa kedua) diusulkan sebagai Bahasa Nusantara, itu mungkin cocok dengan negara-negara Asean lainnya," lanjutnya.

Analis sosiopolitik Universiti Malaya Associate Professor Dr Awang Azman Awang Pawi menilai, bahasa Melayu tidak terbatas pada 32 juta penduduk di Malaysia, tetapi lebih dari 300 juta orang memahami bahasa Melayu/Indonesia.

Menurutnya, Indonesia sendiri memiliki lebih dari 278 juta penutur, tidak termasuk Brunei, Singapura, dan Thailand selatan.

"Karena itu, bahasa Melayu yang dimaksud adalah bahasa Melayu serumpun, bahasa yang dipahami secara luas di wilayah tersebut," ujarnya.

Menurut 'Ethnologue: Languages of the World', bahasa Indonesia menempati urutan ke 10 secara global.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling banyak digunakan. Ini adalah variasi standar bahasa Melayu, bahasa Austronesia.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: New Strait Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x