KALBAR TERKINI - Mantan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu ragu akan komitmen penggantinya Naftali Bennett. Bennett diklaimnya tidak bisa memegang janji termasuk terkait komitmen Israel tentang Republik Islam Iran sebagai musuh utama.
Menurut Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel pada 2019-2020 dan Menteri Dispora Affairs Israel pada 2013-2019 ini, memiliki kepribadian yang menguatirkan. Ini karena kata-kata Bennett dikliamnya tak bisa dipegang, setelah Netanyahu mengaku mendengar pernyataan keras Bennett tentang Iran.
"Saya bahkan lebih khawatir, karena Bennett selalu melakukan kebalikan dari apa yang dia katakan. Pemerintahan barunya tidak layak untuk memimpin negara, bahkan untuk satu hari saja," kecam Netanyahu dalam jumpa pers, usai berpidato di Knesset, Parlemen Israel, Minggu, 13 Juni 2021.
"Seorang Perdana Menteri Israel, perlu tahu bagaimana mengatakan tidak kepada Presiden Amerika Serikat," kata Netanyahu, memuji pidatonya sendiri di depan Knesset, yang intinya tetap menentang kesepakatan apa pun dengan pihak Iran.
Baca Juga: Jelang KTT Biden-Putin, Kapal Perang AS Manuver di Laut Hitam
Bahkan, sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Jerusalem Post, Minggu, Netanyahu menyatakan, dengan tampilnya Bennetts sebagai PM, maka rakyat di negara Yahudi layak meratapi nasibnya karena tidak akan ada lagi yang bisa membela Israel.
Itu sebabnya Netanyahu menyatakan tidak akan meninggalkan politik di Israel, meskipun dirinya sudah meninggalkan Kantor PM. Kapada para pendukung, mantan personel pasukan khusus Israel ini mengklaim bahwa dirinya akan tetap menjadi pemimpin oposisi, tetap sebagai Ketua Umum Partai Likud, dan kandidat partainya untuk kandidat PM dalam Pemilu Israel berikutnya.
"Ini adalah hari libur bagi pers, tetapi hari yang sulit bagi jutaan warga Israel," katanya kepada wartawan setelah berpidato di Pleno Knesset. “Saya meminta Anda untuk tidak kehilangan semangat. Kami akan kembali."
Baca Juga: Biden Gagal Galang G-7 Sikat China: Jerman dan Italia Ragu