Faksi pendukung kebijakan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan ini pun tak kalah garang, Apalagi ketika Turki resmi mendukung kehadiran Tentara Suriah Bebas (Free Syrian Army/FAS) yang ingin menjadi tandingan Angkatan Bersenjata Suriah.
Selain mendukung FAS, sebagaimana dilansir laman Politico, masuknya Turki ke medan perang sipil ini, tak lain akibat dendam masa lalu. Presiden sebelumnya yang juga ayah Assad, diangap mendukung Suku Kurdi, etnis terbesar di Timur Tengah.
Sejak Perang Dunia I, Kurdi tak bisa memiliki negara sendiri sehingga mereka terpencar di Irak, Iran, Turki, dan Suriah. Pada 1999, ayah dari Erdogan, mendukung Kurdi untuk masuk ke pemerintahannya. Bagi orang Kurdi, yang selalu diintimidasi di negara-negara yang ditempati, tawaran ini membuat mereka dekat dengan Suriah ketimbang Turki.
Baca Juga: Murka Pelanggaran HAM di Kamp Uighur, Biden: Awas, China akan Bayar Mahal
Pemerintah Turki sebelumnya pernah menolak permintaan Kurdi untuk merdeka dari negara itu. Bagi orang Kurdi sendiri, banyaknya populasi mereka di Turki membuat mereka layak memiliki negara sendiri. Karena terus ditolak dan tak tahan lagi menghadapi tekanan di dalam negeri, etnis Kurdi pun mengamuk.
Pada 1980, pecah pertempuran antara milisi Kurdi, Partai Pekerja Kurdi (PKK), melawan Pemerintah Turki. Pertempuran ini menewaskan 10 ribu orang yang didominasi pihak Turki. Inilah yang menjadi luka lama bagi Erdogan sehingga Assad dianggap bertanggung jawab dalam tragedi tersebut, yang disebut oleh Erdogan sebagai kejahatan perang. Sejak itulah PKK dinyatakan sebagai teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Eropa.***
Editor: Oktavianus Cornelis
Sumber: SANNA