KOLOMBO, KALBAR TERKINI - Jumlah tatap muka siswa di persekolahan Sri Lanka bakal diminimalkan mulai Kamis, 25 Februari 2021, Ini bukan karena masalah pencegahan Covid-19, melainkan menghindari kematian manusia akibat amukan gajah.
Dilansir Kalbarterkini.com dari laman berita pemerintah Sri lanka News.Lk, Minggu, 21 Februari 2021, rencana ini akan dimatangkan lagi oleh pihak Komite Akuntan P:ublik (Committee on Public Accounts/COPA) dalam pertemuan dengan berbagai pihak terkait guna mencermati hasil audit khusus tentang konflik gajah-manusia di Sri Lanka pada Selasa, 23 Februari 2021 ini.
Gajah-gajah di negara ini, akibat ulah manusia, menjadi begitu beringas. Di sini, gajahnya sangar-sangar. Jadi, mustahil pula untuk bertemu gajah yang lucu, baik hati, dan suka menolong, seperti dalam cerita Dumbo, Gajah Kecil Berbelalai Panjang.
Baca Juga: Inilah Lulu, Anjing Multijutawan: Silakan Kas Bon!
Pada 9 Desember 2020, pihak COPA merilis, Sri Lanka menjadi negara dengan jumlah kematian gajah tertinggi di dunia akibat konflik dengan manusia. Sebaliknya, Sri Lanka memiliki jumlah kematian manusia tertinggi kedua yang dilaporkan di dunia sebagai akibat konflik dengan gajah yang terus berlangsung hingga kini.
Fakta-fakta tersebut dipaparkan oleh Dr Prithiviraj Fernando, seorang pakar penelitian konflik manusia-gajah. Dilaporkan, rata-rata jumlah kematian gajah di Sri Lanka akibat konflik dengan manusia mencapai 272 per tahun.
Sebanyak 407 ekor gajah telah mati sejak 2020. Sedangkan jumlah kematian manusia adalah rata-rata 85 orang per tahun. Pada 2019, sebanyak 122 nyawa manusia telah hilang.
Baca Juga: Waspada Karhutla, Ketua Komisi V DPR RI Imbau Masyarakat Buka Lahan Tanpa Membakar
Karena itu, rekomendasi yang diajukan di Sri Lanka terkait meminimalisasi konflik manusia-gajah akan segera dipertimbangkan di Komite COPA. Komite akan membahas kinerja sekolah pemerintah di mana jumlah siswanya relatif akan diminimalkan sejak Rabu, 24 Februari 2021.
Saling Rebut Makanan
Sementara itu, pihak Yayasan Gajah Internasional (International Elephant Foundation) merilis, konflik manusia-gajah adalah salah satu krisis lingkungan dan sosial ekonomi terbesar di pedesaan Sri Lanka. Setiap tahun, gajah merusak tanaman dan properti senilai 10 juta dolar AS.
Sebagai pembalasan, menurut data ini, petani membunuh gajah. Rata-rata 225 gajah dibunuh setiap tahun sejak 2008, dan gajah pun balas membunuh sekitar 60-80 orang setiap tahun. Sebagian besar terjadi di desa-desa dan ladang-ladang.
Baca Juga: Jaga Pasokan Air Bersih, Babinsa Jagoi Babang Ajak Masyarakat Bersihkan Penampungan
Dicontohkan, sumber air di Taman Nasional Wasgamuwa, merupakan sumber air dan makanan utama bagi gajah, yang juga digunakan penduduk desa di sekitar hutan. Itu sebabnya yayasan ini menilai, bukan hal yang aneh melihat anak-anak sekolah, pria dan wanita, berjalan dan bersepeda, kemudian melecehkan dan menakut-nakuti gajah.
Bukannya takut, perilaku seperti ini justru membuat gajah lebih agresif. Itu sebanya, proyek pengadaan bus oleh Sri Lanka Conservation Wildlife Society akan memberikan angkutan yang aman dan terjamin bagi penduduk desa, sambil membiarkan gajah menggunakan jalan-jalan yang dilalui, tanpa diganggu, dilukai, atau dikejar dari habitatnya.***
Sumber: News LK & International Elephant Foundation