Produksi Hingga 24.000 Ton Lada Kering, Petani Perbatasan Kalbar Keluhkan Harga

- 1 Maret 2021, 06:39 WIB
Kadisbun Kalbar, Heronimus Hero (kiri) yang didampinhi Kades Sendoyan, Kecamatan Sejangkung, Juliasyah saat meninjau kebun lada dan produk olahnya di Dusun Batu Layar
Kadisbun Kalbar, Heronimus Hero (kiri) yang didampinhi Kades Sendoyan, Kecamatan Sejangkung, Juliasyah saat meninjau kebun lada dan produk olahnya di Dusun Batu Layar /DEDI/ANTARA/LADA PERBATASAN

PONTIANAK, KALBAR TERKINI – Lada sudah menjadi komoditas ekspor tak langsung wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat.

Mereka dipasok keluar negeri melalui penampung yang banyak terdapat di titik-titik perbatasan.

Perkebunan lada tersebar mulai dari Sambas, Sintang, Bengkayang, dan Sanggau.

Data Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat menyebut, angka produksi lada di Kalbar pun tak main-main, menyentuh 24 ribu ton biji kering.

Baca Juga: 332 Desa di Kalbar Tanpa Listrik, Ketua DPD: Pernyataan itu Membuat Kami Miris

"Solusinya memang harus diolah karena akan meningkatkan nilai tambah yang signifikan.

Tantangannya pasar untuk produk olahan berupa lada bubuk harus stabil. Maksudnya pasarnya jelas terutama di pasar moderen," ujar Kepala Dinas Perkebunan Kalbar, Heronimus, dilansir dari Antara, Senin 1 Maret 2021.

Lada memang sudah menjadi komoditi andalan masyarakat perbatasan. Naik turunnya harga komoditi tersebut sangat dirasakan dampaknya masyarakat perbatasan.

Baca Juga: Harga Emas Dunia Dipatok 46,60 Dolar, Terburuk Sejak Juni 2020

Saat ini harga komoditi pelengkap bumbu masakan tersebut di kisaran Rp50.000 an per kilogram dan belum mengalami kenaikan signifikan sejak tiga tahun terakhir.

"Harga lada putih biji di tingkat petani belum ada kenaikan yang signifikan karena saat ini baru mencapai Rp50.000-an per kilogram," ujar satu di antara petani lada di Kabupaten Sambas, Montel.

Ia menjelaskan dengan harga yang ada saat ini meski belum sesuai harapan petani namun harga sudah tembus Rp50.000 per kilogram.

Baca Juga: Adopsi Ajaran Perbankkan Islam, Wapres Makruf Amin: Jangan Biarkan UMKM Muslim Alami Stunting

"Beberapa waktu lalu bahkan anjlok harga hanya di Rp40.000. Harga tersebut tentu membuat rugi dan petani tidak semangat," jelas dia.

Ia berharap di tahun ini harga lada pulih, paling tidak menurutnya harga tembus Rp70.000 per kilogram.

"Kalau harga Rp70.000- Rp100.000 per kilogram tentu ini menjadi harapan. Biaya produksi akan bisa terlewati," kata dia.

Baca Juga: Ekonom Sebut Elit Anggap Masyarakat Adat Tebelakang, Faisal: UU Adat Sudah 10 Tahun

Menurut petani lada Batu Layar, Desa Sendoyan tersebut, kondisi harga lada yang belum membaik diperparah lagi kondisi sebagian besar lada petani mati dampak banjir yang terjadi belum lama ini.

"Saat ini lada petani mengalami kematian. Lada menguning dan mati dampak terendam banjir belum lama ini," kata dia.

Harga lada yang belum baik juga dikeluhkan petani lada di Kabupaten Landak, Abin. Menurut Abin harga lada di daerahnya masih di kisaran Rp50.000 per kilogram.

Baca Juga: Transformasi Digital Sasar Jutaan UMKM, Presiden Ingin Ekonomi Kerakyatan Segera Bangkit

"Dulu harga lada pernah tembus Rp190.000 per kilogram dan kini dalam tiga tahun terakhir hanya di harga Rp50.000. Kita berharap lada tahun ini bisa baik. Sehingga menjadi andalan masyarakat sebagai sumber pendapatan petani," jelas dia.

Heronimus Hero menyebutkan bahwa saat ini ada 11 ribuan hektare lada di Kalbar.

Baca Juga: Sahamnya Terus Naik Tiga Pekan Terakhir, Dirut Bank Neo Comerence: Ini Bentuk Kepercayaan Masyarakat


"Sentra lada di Kalbar sendiri yakni di Kabupaten Bengkayang, Sambas, Sanggau dan Sintang. Produksi kita lebih dari 24 ribu ton biji kering," jelas dia.

Ia menjelaskan bahwa lada adalah komoditas dunia. Sehingga harga biji tergantung dengan fluktuasi pasar global.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x