Harga Emas Dunia Dipatok 46,60 Dolar, Terburuk Sejak Juni 2020

- 27 Februari 2021, 11:42 WIB
Emas Antam edisi tahun Kerbau
Emas Antam edisi tahun Kerbau /Antam

KALBAR TERKINI – Harga logam mulia emas dunia mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Sabtu pagi waktu Indonesia Barat.

Penurunan tersebut menjadi yang terendah sejak Juni 2020 dan memperpanjang penurunan untuk hari keempat berturut-turut.

Penurunan ini kemungkinan dipicu oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS serta dolar yang lebih kuat memukul daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Baca Juga: Adopsi Ajaran Perbankkan Islam, Wapres Makruf Amin: Jangan Biarkan UMKM Muslim Alami Stunting

Pada perdagangan hari ini, harga emas dipatok 46,60 dolar atau mengalami penurunan 2,61 persen atau hanya berada pada 1.728,80 dolar AS per ounce.

Sehari sebelumnya, Kamis 25 Februari 2021, emas berjangka terpangkas 22,5 dolar AS atau 1,25 persen menjadi 1.775,4 dolar AS.

Emas berjangka juga merosot 8,0 dolar AS atau 0,44 persen menjadi 1.797,90 dolar AS pada Rabu 24 Februari 2021, setelah tergerus 2,5 dolar AS atau 0,14 persen menjadi 1.805,90 dolar AS pada Selasa 23 Februari 2021 dan melonjak 31 dolar AS atau 1,74 persen menjadi 1.808,40 dolar AS pada Senin 22 Februari 2021.

Baca Juga: Ekonom Sebut Elit Anggap Masyarakat Adat Tebelakang, Faisal: UU Adat Sudah 10 Tahun

Emas berjangka terpuruk sekitar 6,6 persen pada Februari.

“Meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun, bersama dengan dolar AS yang bergerak lebih tinggi, dan kami mengalami kebangkitan selera risiko. Semua itu adalah resep yang sangat buruk untuk emas," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun bertahan mendekati level tertinggi dalam lebih dari setahun, sementara indeks dolar juga melonjak.

Baca Juga: Transformasi Digital Sasar Jutaan UMKM, Presiden Ingin Ekonomi Kerakyatan Segera Bangkit


Imbal hasil obligasi pemerintah AS telah meningkat lebih dari 50 basis poin sepanjang tahun ini, mengikis status emas sebagai lindung nilai inflasi, karena itu berarti peluang kerugian yang lebih tinggi untuk memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

"Emas sekali lagi dalam masalah dan prospek jangka pendek tidak terlihat bagus," kata analis OANDA, Craig Erlam dalam sebuah catatan.

"Meningkatnya imbal hasil dan sekarang lompatan dolar menumpuk tekanan pada emas dan, kecuali pembalikan di pasar obligasi, sulit untuk membayangkan peruntungannya meningkat."

Halaman:

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x