Safaa, Teroris Wanita Pertama Inggris: Film Seks dan Mengurung Diri di Kamar

- 3 April 2021, 17:36 WIB
TERORIS WANITA INGGRIS -  Safaa Boular (kanan) sedang menjalani hukuman seumur hidup sejak divonis bersalah sebagai teroris wanita Inggris pertama pada 2018. Awalnya Safaa dirayu lewat 'Telegram' oleh Naweed Hussain (kiri), anggota gerombolan ISIS kelahiran Inggris, yang menyuruhnya menonton film seks./FOTO: REUTERS & PIXABAY/GRAFIS: OKTAVIANUS CORNELIS/
TERORIS WANITA INGGRIS - Safaa Boular (kanan) sedang menjalani hukuman seumur hidup sejak divonis bersalah sebagai teroris wanita Inggris pertama pada 2018. Awalnya Safaa dirayu lewat 'Telegram' oleh Naweed Hussain (kiri), anggota gerombolan ISIS kelahiran Inggris, yang menyuruhnya menonton film seks./FOTO: REUTERS & PIXABAY/GRAFIS: OKTAVIANUS CORNELIS/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI - Mengurung diri di kamar, jarang bergaul, kuliahnya drop out atau gonta-ganti nomor ponsel, disebut dilakoni oleh Zakiah Aini (ZA), simpatisan ISIS yang menyerang Mabes Pori, Rabu, 31 Maret 2021. 

Termakan ideologi sesat khilafah, banyak wanita muda yang dirayu ISIS. Modus operandinya: menggunakan lelaki gagah untuk menyasar kalangan wanita galau yang suka berselancar di dunia maya, terutama lewat Instagram dan Telegram.

Dari sekadar berkirim pesan, muncul rasa cinta sehingga wanita yang awalnya kuper bakal mengurung diri di kamar, apalagi jika  mereka sudah menikah secara online, suatu gaya ISIS mengikat 'calon pengantin'. 

Belakangan, mereka  termakan ideologi menjadi pengantin ISIS, dan...'masuk surga versi sendiri!', seperti ZA yang tubuhnya 'terpaksa tanpa permisi', ditembus timah panas petugas.

Tapi,  wanita lainnya yang juga tersesat, masih hidup di Inggris: Safaa Boular yang sedang menjalani hukuman seumur hidup sejak divonis bersalah sebagai teroris wanita Inggris pertama pada 2018.

Safaa mengklaim menjalani kehidupan remaja yang tidak bahagia di Inggris.  Perempuan remaja imigran dari Timur Tengah ini mengaku kerap diejek. Hijab dan cadar membuatnya  diejek sebagai 'ninja, payung', dan 'kotak pos'.

Baca Juga: IPW: Teroris Tembus Mabes Polri, Pukulan Telak bagi Kepolisian!

Baca Juga: Ternyata 'Air Soft Gun', Pistol Lelaki Arogan yang Viral di Medsos

Baca Juga: Kerahkan 1.300 Personel, Polda Amankan Tri Suci-Paskah di Kalbar

Pada Jumat, 3 Agustus 2018, Safaa (18) divonis penjara hidup karena terbukti merencanakan serangan teroris di Inggris. Jika ZA tercatat sebagai teroris wanita pertama di Indonesia, yang 'sangat sukses' menembus sekaligus menyerang dari dalam Mabes Polri, maka Safaa tercatat sebagai wanita pertama di Inggris yang terlibat tindak pidana terorisme. 

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Guardian, 4 Juni 2018, Safaa masih berusia 16 tahun, ketika pertama kali tertarik ke dunia terorisme paska serangan teroris di Paris pada 2015. Safaa pun  menjadi penasaran untuk mencari tahu 'mengapa orang melakukan hal-hal seperti itu'. 

Di Twitter, Safaa  bertemu dengan seorang wanita bernama Umm Isa al-Amriki, yang merayunya dengan ideologi: 'kekhalifahan sebagai dunia di mana  semua orang setara'.

Dalam waktu singkat, Safaa mengumpulkan ratusan kontak ISIS, dan melalui mereka pula, Safaa bertemu dengan Naweed Hussain, seorang militan ISIS kelahiran Inggris yang tinggal di di Raqqa, Ibu Kota ISIS di Suriah Utara. 

Sebuah persidangan yang panjang di Inggris, berfokus pada bagaimana Safaa menjadi salah satu wanita termuda yang dituduh melakukan pelanggaran terorisme dan bagian dari sel teror perempuan pertama di Inggris yang terkait ISIS.

Safaa sendiri, secara konsisten membantah dua tuduhan:  berencana melakukan perjalanan ke Suriah untuk kegiatan ISIS, dan terlibat persiapan serangan teror di sejumlah lokasi ikonik di London, termasuk, British Museum.  

Namun juri memutuskan bahwa Safaa bersalah atas kedua dakwaan tersebut. Kakak perempuan Safaa, yakni Rizlaine Boular (22)  dan ibunya Mina Dich (44) serta teman keluarga mereka,  Khawla Barghouthi (21) telah mengaku bersalah atas tuduhan terorisme menyusul terungkapnya rencana itu oleh operasi rahasia kontra-terorisme dan intelijen militer Ingggris (MI5).  

Selama beberapa bulan, agen MI5 menggeledah, dan menyadap rumah keluarga Safaa di sebuah blok apartemen besar,  yang ironisnya...tepat di seberang gedung MI6 di Vauxhall! Para wanita itu ditangkap dalam penggerebekan bersenjata secara terpisah dalam satu malam, di mana Rizlaine Boular ditembak setelah gagal mematuhi perintah polisi.  Rizlaine telah sembuh total.

Dirayu Pertama Kali via Instagram

“Saat itu saya banyak membaca cerita romantis. Bagi saya, saya ingin menikah dan memiliki hubungan romantis, ”kata Safaa kepada juri di Pengadilan Old Bailey.

Pengadilan mendengar bagaimana Hussain yang berusia 30 tahun, mengirim pesan kepada Safaa yang saat itu masih berusia 16 tahun di Instagram. Pasangan ini merasa cocok dengan cerita dalam sejumlah program televisi Inggris, seperti Deal Or No Deal dan The Chase. 

Keduanya kemudian melakukan pernikahan Islam secara online pada  2016.

Pria gatal ini adalah seorang perekrut ISIS yang produktif dari Coventry, Inggris. Hussain berambisi untuk menjadi jihadis John , yang pernah memancung warga negara AS di Suriah. John dilaporkan tewas dalam serangan drone pasukan koalisi pada 2017. 

Selama berhubungan, Safaa dan Hussain berbicara tentang sabuk bunuh dirinya, dan berfantasi tentang membunuh mantan presiden AS Barack Obama. Hussain juga mengirim uang kepada Rizlaine Boular yang akan digunakan bagi Safaa untuk bepergian ke Turki dan ke Suriah.  

Safaa sempat ke Maroko kemudian balik ke London.   

Hussain pun berulang kali mendorong Safaa untuk melancarkan serangan di Inggris. “Sekitar November (2016), dia menyebut tentang serangan saat Natal,” kata Safaa di pengadilan Inggris. “Dia bertanya kepada saya'apakah saya takut diserang, dan saya mengatakan kepadanya:  'ya'. Kemudian, dia kembali ke topik mesra yang biasa."  

Pada awal 2017, Hussain merayunya lagi untuk melancarkan serangan pada Hari Valentine, dan juga berbicara tentang 'tokarev'  dan 'nanas -senjata dan granat- terkait serangan yang diusulkan ke British Museum . 

Dilansir dari Wikipedia, Tokarev atau disingkat TT bisa untuk menyebut jenis Pistol TT (singkatan dari bahasa Rusia) atau ТТ-33 atau Pistolet TT-33) yang digunakan tentara merah Uni Soviet. Pistol ini merupakan entitas dari Revolver Nagant. Menggunakan peluru 7,62  kali  25 milimeter TT.  

Pistol ini dapat juga menembakkan peluru kaliber 7,63 milimeter jenis Mauser. Belakangan, TT  juga dibuat dengan versi yang menggunakan peluru sembilan milimeter Parabellum. Pistolet TT digunakan tentara merah sampai tahun 1951, dan mengacu dengan Pistolet Makarova.  

Beberapa versi masih digunakan hingga dekade 1970-an. Senjata ini banyak digunakan oleh angkatan bersenjata dan kepolisian negara-negara sekutu Uni Soviet. Negara-negara yang memegang lisensi pembuatannya adalah Korea Utara, Polandia, Republik Rakyat Tiongkok, Rumania dan Yugoslavia.

Dirayu Hussain Nonton Film Seks

Kepada Hussain, Safaa bersikeras bahwa dia tidak pernah menyetujui serangan apa pun dan tidak tahu untuk mendapatkan senjata dan granat di Inggris. Padahal, lanjutnya, 99 persen obrolan mereka itu  romantis, dan hanya satu persen yang membahas tentang ledakan dan penyerangan.  

Safaa berkomunikasi dengan Hussain di kelasnya, di rumah, kamar tidur, bahkan kamar mandi melalui pesan Telegram yang terenkripsi di ponsel rahasia yang dibelinya di Pasar Brixton. 

Selama periode ini Hussein mendorongnya untuk mengirim foto tubuhnya bahkan dalam pose bugil dan disarankan menonton film dewasa. "U Daesh," pesan Safaa kepada Hussein yang nafsuan itu, "adalah orang gila". 

Terafiliasi ISIS: Wanita Indonesia Potensi Ancaman!

Dikutip dari The Guardian,  Senin, 23 Juli 2018, jumlah perempuan dan anak-anak yang bergabung dengan ISIS 'diremehkan secara signifikan'. padahal, berbagai laporan menyebutkan, wanita yang kembali dari pertempuran di Suriah dan Irak telah menimbulkan ancaman keamanan khusus di negara-negaranya.

Para ahli telah memperingatkan meningkatnya ancaman perempuan dan anak di bawah umur yang terkait dengan ISIS, menunjukkan bahwa jumlah yang kembali ke Inggris dari Suriah dan Irak, telah diremehkan secara signifikan.  

Menurut laporan baru dari King's College London, kombinasi dari tidak adanya data pemerintah dan perubahan pandangan di dalam ISIS tentang kapan perempuan harus mengangkat senjata, berarti bahwa bahaya yang mereka tunjukkan, kemungkinan besar jauh lebih besar daripada yang ditunjukkan oleh angka resmi. 

Laporan dari Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi di universitas tersebut, menemukan bahwa kaum wanita secara aktif terlibat dalam plot penyerangan di seluruh dunia pada 2018.

Sebanyak 4.761 (13 persen) dari 41.490 warga negara asing yang berafiliasi dengan ISIS di Irak dan Suriah pada April 2013 dan Juni 2018 adalah perempuan. Sebanyak 4.640 (12 persen) lainnya adalah anak di bawah umur. 

Peneliti ICSR Joana Cook dan Gina Vale menyatakan, 850 warga Inggris berafiliasi dengan ISIS di Irak dan Suriah, termasuk 145 wanita dan 50 anak di bawah umur. Dari 425 orang yang kembali ke Inggris, hanya dua wanita dan empat anak di bawah umur yang dikonfirmasi.

Angka-angka tersebut, diyakini sangat meremehkan, karena tidak adanya data resmi pemerintah.  

"Warga Inggris yang  kembali ke Inggris, belum dibedakan berdasarkan jenis kelamin, atau batasan usia, meskipun wanita dan anak di bawah umur menyumbang 23 persen dari afiliasi (ISIS) Inggris di Suriah dan Irak," kata Cook. 

“Kami yakin, beberapa wanita sekarang mungkin menjadi ancaman keamanan tertentu, berdasarkan beberapa faktor. Ini termasuk peran keamanan fisik, dan pelatihan terkait yang telah dilakukan beberapa wanita di wilayah yang dikuasai ISIS, dan potensi untuk mentransfer atau menerapkan keterampilan ini di lokasi lain, atau kepada anak-anak mereka," lanjutnya. 

Narasi dalam ISIS itu sendiri, terkait dengan peran perempuan dalam pertempuran, juga telah berkembang, dan memperluas situasi. Perempuan dapat diminta untuk mengangkat senjata.

"Kami juga telah melihat wanita aktif dalam plot terkait ISIS (diarahkan atau terinspirasi oleh grup) di negara-negara, seperti Prancis, Maroko, Kenya, Indonesia, dan AS, menunjukkan bahwa wanita memang penting untuk dipertimbangkan sebagai potensi ancaman," lanjut Cook. 

Laporan tersebut berjudul From Daesh to Diaspora: menelusuri perempuan dan anak di bawah umur ISIS.

Dalam laporan tersebut ditulis bahwa ancaman yang ditimbulkan dari 'peran perempuan' yang terus berkembang dan  meningkat sebagai pelaku serangan teroris, telah mengambil tiga bentuk umum: sel khusus wanita, sel keluarga, atau wanita individu yang melakukan serangan.

Pada Oktober 2016 di Maroko, 10 wanita ditangkap karena merencanakan serangan bunuh diri selama pemilihan parlemen.

Empat di antaranya menikah dengan anggota ISIS di Irak dan Suriah melalui internet, serta di Inggris:  Safaa Boular, seorang remaja Inggris yang kemudian menikah dengan seorang personel ISIS secara online, sebagian diradikalisasi oleh seorang wanita warga negara Australia di Suriah. 

Para peneliti menyatakan bahwa  pesan ISIS identik dengan gambar pria bertopeng yang mengibarkan bendera hitam ISIS, bertempur di medan perang, atau dalam adegan yang lebih brutal: melakukan eksekusi yang dipentaskan secara teatrikal".   

Perempuan memainkan berbagai peran yang melampaui 'pengantin jihadis'. Mereka aktif merekrut perempuan lain, menyebarkan propaganda, dan penggalangan dana untuk kekhalifahan.

Di Kanada, seorang perekrut wanita yang berbasis di Edmonton, yang menawarkan kursus Al-Qur'an online, dilaporkan meradikalisasi setidaknya satu wanita muda, dan memfasilitasi perjalanannya ke Suriah.  

Di Ceuta, Spanyol, dua wanita telah memimpin kelompok rekrutmen  wanita lain untuk ISIS di Irak dan Suriah, sebelum mereka melakukan perjalanan sendiri.

Mereka   termotivasi ideologis dan upaya ISIS, yang mengklaim adanya pemberdayaan perempuan.   

Setelah jatuhnya kekhalifahan pada 2017, banyak wanita masih belum diketahui keberadaannya.

Meski ISIS awalnya membatasi peran perempuan dalam operasi tempur, namun sejak 2015, posisi wanita  telah berubah.

Pada Februari  2018  misalnya, ISIS memproduksi dan merilis video seorang wanita yang muncul dalam pertempuran di medan perang untuk pertama kalinya bersama tentara laki-laki,  yang mencerminkan tren yang sebagian besar unik bagi kelompok teroris tersebut. 

Europol  mencatat: 96 perempuan ditangkap karena tuduhan terkait terorisme pada 2014, sebanyak 171 pada 2015, dan 180 pada 2016 (meski turun menjadi 123 pada 2017)..

Europol sendiri merupakan Badan Uni Eropa untuk Kerja Sama Penegakan Hukum . Laporan itu juga menemukan bahwa setidaknya 730 bayi telah lahir di dalam kekhalifahan ISIS dari orang tua internasional. Itu mengacu pada angka-angka yang dilaporkan pada April 2013 dan Juni 2018.

Laporan ini   sejalan dengan pengumuman resmi ISIS oleh pemimpinnya, Abu Bakr al-Baghdadi, sumber, tokoh resmi pemerintah, dan publikasi akademis atau kelembagaan serta laporan media yang dianggap kredibel.***

 

Sumber: The Guardian & Wikipedia

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x