Profil Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, Habiskan Masa Muda di Dunia Otomotif dan Hobi Masak

22 April 2021, 15:36 WIB
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid /Instagram/

KALBAR TERKINI – Nama Hilmar Farid menjadi sorotan usai politisi Gerindra Fadli Zon menyebutnya menjadi pembela sejarah PKI.

Hal tersebut menurut Fadli Zon usai melihat video lawas mengenai Hilmar Farid.

Dilansir dari Hilmarfarid.id, ia adalah sejarawan, aktivis, dan pengajar. 

Ia memiliki hobi memasak, berenang dan bermusik untuk mengisi waktu senggang.

Baca Juga: In Memoriam Idriss Deby: Presiden Perkasa yang Bertempur Langsung di Garis Depan!

Dibesarkan di Bonn, Jerman Barat pada 1968. Sebagain besar masa remajanya dihabiskan untuk dunia otomotif (motor), bermain basket, bermusik dan membantu, Agus Setiadi , menerjemahkan buku cerita anak karya Enid Blyton dan Astrid Lingdren. 

Dengan skripsi berjudul  Politik, Bacaan dan Bahasa Pada Masa Pergerakan: Sebuah Studi Awal, Ia menyelesaikan kuliah S1 di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1993.

Ia juga mengajar di Institut Kesenian Jakarta dari 1995-1999, dan kembali mengajar di kampus tersebut sejak 2014 sampai sekarang. 

Bersama beberapa seniman, peneliti, aktivis, dan pekerja budaya di Jakarta.

Baca Juga: PSV Eindhoven Berduka: Selamat Jalan 'Shoot Willy'

Ia yang menyiapkan Jaringan Kerja Budaya pada tahun 1994 dan menerbitkan bacaan cetak berkala Media Kerja Budaya. 

Pada tahun 2003, bersama sejumlah sejarawan dan aktivis, ia mendirikan Institut Sejarah Sosial Indonesia. 

Sejak 2012, ia bertindak sebagai ketua Perkumpulan Praxis.

Sebagai sejarawan dan pengkaji kebudayaan, ia aktif di Asian Regional Exchange for New Alternatives (ARENA) dan di Inter- Asia Cultural Studies Society sebagai editor. 

Tulisannya tentang sejarah, seni, kebudayaan, film, politik, buruh, dst. terkenal di berbagai terbitan jurnal, majalah, koran dan buku. 

Baca Juga: Kartini Rupanya Murid Mbah Soleh Darat, Minta Al Fatihah Terjemahan Berbahasa Jawa

Pada Maret 2012, ia dan bersama rekan-rekannya membentuk Relawan Penggerak Jakarta Baru (RPJB).

Bertujuan mensosialisasikan Pilkada Jakarta 2012 tanpa interaksi uang, dan mendukung serta mengkampanyekan figur yang layak dipilih dalam pilkada tersebut. 

Pada 2012, bukunya berjudul  Kisah Tiga Patung   Diterbitkan oleh Indonesia Berdikari. 

Ia meraih gelar doktor di bidang kajian budaya di Universitas Nasional Singapura.

Pada Mei 2014 dengan disertasi berjudul Menulis Kembali Bangsa: Pramoedya dan Politik Dekolonisasi  yang akan segera terbit dalam bentuk buku. 

Baca Juga: Biasa Tampil di Acara Televisi Nasional, Berikut Profile Ustaz Achmad Zaky Mirza

Sejak akhir tahun 1990an, sebuah lembaga pendidikan di luar Indonesia telah mengundangnya menjadi pembicara.

Antara lain: Universitas Nasional Tsing Hua (Hsinchu, Taiwan), Universitas Shanghai, Akademi Seni China (Hangzhou), Universitas Sungkonghoe (Seoul), Universitas Philpines , Universitas Ateneo de Manila, Universitas Nasional Australia, Universitas Leiden, Universitas Amsterdam, Pusat Studi Kebudayaan dan Masyarakat (Bangalore), Universitas California Los Angeles dan Universitas California Berkeley.

Pada Maret 2014, bersama sejumlah pakar, ia merumuskan dan bertindak sebagai ketua panitia simposium nasional bertajuk "Jalan Kemandirian Bangsa".

Baca Juga: Jubir Rusia Maria Zakharova: Cantik, tapi Judesnya 'Alamak'!

Bertujuan merumuskan semacam "GBHN" bagi pemerintahan Joko Widodo yang saat itu baru saja diumumkan maju dalam Pilpres 2014.

Pada 31 Desember 2015, ia dilantik menjadi Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan , Republik Indonesia.

Sejak November 2020, ia juga mulai bergerak sebagai Komisaris Utama Balai Pustaka , Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang percetakan dan publikasi.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Hilmarfarid.id

Tags

Terkini

Terpopuler