Transplantasi Organ Hewan ke Manusia Berisiko Picu Pandemi Baru, Dr Baines: Tidak Etis!

- 5 Agustus 2022, 09:37 WIB
Ahli bedah di NYU Langone Transplant Institute mempersiapkan jantung babi untuk xenotransplantasi di NYU Langone Health pada 6 Juli 2022, di New York City.
Ahli bedah di NYU Langone Transplant Institute mempersiapkan jantung babi untuk xenotransplantasi di NYU Langone Health pada 6 Juli 2022, di New York City. /(Foto: Joe Carrotta untuk NYU Langone Health)

Bagian tubuh babi ini juga ditransplantasikan ke hewan lain.

Beberapa di antaranya mengalami operasi berulang dan tetap hidup, menderita efek samping yang mengerikan hingga akhirnya dibunuh dan dibedah.

Ginjal babi baru-baru ini terhubung ke manusia mati otak selama 54 jam, atau istilahnya 'Frankenscience', yang menyebabkan begitu banyak penderitaan.

Baines menegaskan, tidak masuk akal untuk memperlakukan hewan ini, ibarat 'barang sekali pakai', hanya hewan 'donor', yang mau tidak mau harus menderita.

Bukti yang diamankan oleh PETA pada September 2020, menurut Baines, menunjukkan bagaimana seekor babon yang sakit parah.

Babon itu mati di laboratorium di AS setelah menjalani transplantasi jantung babi ke dalam tubuhnya.

"Tidak diragukan lagi bahwa xenotransplantasi, yakni transplantasi organ antara spesies yang berbeda, secara moral adalah salah," kecam Baines.

"Ada juga risiko terhadap kesehatan masyarakat, yang seharusnya menjadi alasan untuk menghentikan eksperimen mengerikan ini," tambahnya.

Menurut Baines, hewan membawa patogen menular, termasuk yang tidak diketahui asalnya.

"...dan, transplantasi berisiko menularkannya ke manusia bersama dengan organnya dengan efek tak terduga yang bisa lepas kendali," lanjut Baines.

Halaman:

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Euro News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x