Transplantasi Organ Hewan ke Manusia Berisiko Picu Pandemi Baru, Dr Baines: Tidak Etis!

- 5 Agustus 2022, 09:37 WIB
Ahli bedah di NYU Langone Transplant Institute mempersiapkan jantung babi untuk xenotransplantasi di NYU Langone Health pada 6 Juli 2022, di New York City.
Ahli bedah di NYU Langone Transplant Institute mempersiapkan jantung babi untuk xenotransplantasi di NYU Langone Health pada 6 Juli 2022, di New York City. /(Foto: Joe Carrotta untuk NYU Langone Health)

Naluri manusia untuk bertahan hidup sangat kuat, dan manusia kemungkinan membenarkannya dengan berpikir bahwa jika babi disembelih untuk dimakan, maka organ hatinya akan terbuang sia-sia.

"Anda bahkan mungkin membayangkan babi hidup bahagia di padang rumput hijau sebelum menyelamatkan hidup Anda," tambahnya.

Menurut Baines, 'perusakan genetik' tidak dapat mengubah alam. Jika mengambil jantung hewan maka pasien akan menjalani operasi yang rumit.

"Juga menyakitkan dengan risiko kematian yang tinggi, baik selama operasi atau tidak lama sesudahnya," ujarnya.


Pria yang baru-baru ini menjalani transplantasi jantung babi pertama di dunia, hanya bertahan selama dua bulan, yang tidak mengejutkan para ilmuwan.

Masalahnya, hati babi dirancang oleh alam untuk babi, spesies yang berbeda secara biologis.

"Tidak ada penelitian atau gangguan genetik yang akan mengubah fakta mendasar itu," tambah Baines.

Adapun, lanjutnya, padang rumput bergulir, dan babi yang digunakan untuk transplantasi kemudian dibesarkan, dan diubah secara genetik di laboratorium.

Babi akan menghabiskan seluruh hidup mereka yang menyedihkan, menjalani prosedur menyakitkan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

"Makhluk hidup ini tidak berbeda dengan kita, dapat merasakan ketakutan dan kesakitan, diperlakukan sebagai gudang suku cadang untuk dirampok oleh manusia," tulis Baines.

Halaman:

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Euro News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x