Mengenal Kelainan Hipospadia, Kelainan Bawaan yang Diderita Aprilia Manganang

10 Maret 2021, 06:29 WIB
Aprilia Manganang. /Instagram/ @apriliamanganang_

KALBAR TERKINI – Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) telah memastikan status jenis kelamin satu di antara anggotanya Aprilia Manganang berjenis kelamin laki-laki.

Dalam pernyataan yang disiarkan secara langsung media nasional, Kasad Andika Perkasa menyebut, Aprilia mengalami kelainanan pada alat kelamin sejak kecil. Namun kelainan tersebut banyak terjadi.

“Kalau dikalkulasi dari 270 juta jiwa penduduk Indonesia, maka terdapat sedikitnya 1,1 juta jiwa yang mengalami kondisi serupa,” ujar Andika Perkasa seperti dilansir Kalbar-Terkini.com, Rabu 9 Maret 2021.

Baca Juga: Tiba-Tiba Viral Jenis Kelamin Aprilia Manganang, Kasad Andika: Bukan Transgender

Baca Juga: Peneliti Kalimantan Temukan Spesies Burung yang Hilang Sejak 172 Tahun Lalu

Baca Juga: Punahnya Anjing Penyanyi Papua Nugini: Lolongannya Memilukan, 'Saingan Beratnya Panbers'

Aprilia disebut Andika, mengalami kelainan yang disebut dengan istilah medis dengan Hipospadia. “Pada Manganang, termasuk yang spesial bukan hipospadia biasa,” lanjutnya.

Lalu, apa itu hipospadia? Dikutip dari laman resmi pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC), hipospadia adalah cacat lahir pada anak laki-laki di mana pembukaan uretra (saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh) tidak terletak di ujung penis.

Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal selama pekan ke 8-14 kehamilan.

Kondisi hipospadia pada setiap penderita bisa berbeda-beda. Pada beberapa kasus, lubang kencing ada yang terletak di bawah kepala penis, di batang penis, dan bahkan ada yang di skrotum atau buah zakar.

Baca Juga: Punahnya Anjing Penyanyi Papua Nugini: Lolongannya Memilukan, 'Saingan Beratnya Panbers'

Anak laki-laki dengan hipospadia terkadang memiliki penis yang melengkung.

Akibat letak lubang kencing yang tidak normal, anak dengan hipospadia akan memiliki masalah dengan percikan urin yang tidak normal, dan mungkin harus duduk untuk buang air kecil.

Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke dalam skrotum.

Jika hipospadia tidak ditangani dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti kesulitan melakukan hubungan seksual atau kesulitan buang air kecil saat berdiri.

Di Amerika Serikat, para peneliti memperkirakan ada 1 dari 200 bayi lahir dengan hipospadia -- menjadikannya salah satu cacat lahir yang paling umum.

Penyebab dan faktor risiko

Penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui. Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti lingkungan ibu, atau makanan atau minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi selama kehamilan.

Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia, di antaranya ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Selain itu, perempuan yang menggunakan teknologi reproduksi untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan juga terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Hipospadia biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik setelah bayi lahir.

Perawatan untuk hipospadia tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki tersebut. Sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan.

Jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3-18 bulan. Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.

Tindakan yang dilakukan dalam operasi bisa saja termasuk menempatkan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra.

Karena dokter mungkin perlu menggunakan kulup untuk melakukan tindakan koreksi, bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler