Diplomat AS Terinfeksi Penyakit Misterius, Rusia pun Dituding!

- 18 Mei 2021, 20:06 WIB
PENYAKIT SYARAF - Penyakit syaraf misterius dilaporkan memuncak di kalangan diplomat dan  mata-mata AS di luar negeri. Sejumlah pejabat AS menduga serangan ini merupakan ulah intelijen asing, tapi Pemerintah AS belum memberikan pernyataan resmi./ILUSTRASI: PIXABAY/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS/
PENYAKIT SYARAF - Penyakit syaraf misterius dilaporkan memuncak di kalangan diplomat dan mata-mata AS di luar negeri. Sejumlah pejabat AS menduga serangan ini merupakan ulah intelijen asing, tapi Pemerintah AS belum memberikan pernyataan resmi./ILUSTRASI: PIXABAY/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS/ /PIXABAY

"Studi yang diterbitkan dalam literatur terbuka lebih dari setengah abad yang lalu,  dan selama beberapa dekade berikutnya oleh sumber-sumber Barat dan Soviet,  memberikan dukungan tidak langsung untuk kemungkinan mekanisme ini," tulis Ketua Komite NAS, Dr David Relman dalam laporan tersebut.  

"Mekanisme lain mungkin memainkan efek penguatan atau aditif, menghasilkan beberapa tanda dan gejala kronis nonspesifik, seperti pusing perseptual-postural persisten, gangguan vestibular fungsional, dan kondisi psikologis," lanjutnya.

Baca Juga: Amazon Dilanda Masalah, Pac-Man Live masih '404 Error'

Laporan gejala neurologis pertama kali dimulai pada 2016,  dengan serangkaian kasus di antara orang-orang yang bekerja di kedutaan AS di Havana.

Sejak itu, menurut Times, ada laporan di Rusia, China, dan negara-negara lain di Asia dan Eropa.  

Dalam satu kasus di Rusia, seorang perwira militer AS melaporkan  menarik mobilnya ke persimpangan karena merasa tiba-tiba dipukul dengan gelombang mual,  dan sakit kepala yang menyakitkan.

Anaknya yang berusia dua tahun, yang duduk dengan sabuk pengaman di kursi belakang, mulai menangis. 

Ketika petugas itu menjauh dari persimpangan, gejalanya mereda,  dan anak itu berhenti menangis, lapor Times. 

"Sampai sekarang, kami tidak memiliki informasi yang pasti tentang penyebab insiden ini, dan terlalu dini serta tidak bertanggung jawab untuk berspekulasi," kata Amanda J Schoch, juru bicara Kantor Direktur Intelijen Nasional.***

 

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah