Banyak perangkat militer yang diproduksi menggunakan bahan baku unsur tanah jarang. Misalnya, kacamata penglihatan malam, senjata berpemandu presisi, peralatan komunikasi, peralatan GPS, baterai, dan peralatan elektronik pertahanan lainnya.
Bahkan logam tanah jarang digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan kendaraan lapis baja dan proyektil yang otomatis pecah saat terkena benturan. Berbagai perangkat militer yang dibuat dari unsur logam tanah jarang sangat efektif, dan mampu meningkatkan superioritas militer.
Meningkat Lima Kali
Dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Irrawaddy, Senin, 26 April 2021, kelompok lingkungan menyatakan, penambangan iledal telah meningkat setidaknya lima kali di Kota Pangwa dan Kota Chipwi di tengah kekacauan politik Myanmar, dengan masuknya pekerja Tiongkok dengan cepat.
“Sebelum kudeta, kami hanya melihat satu atau dua truk per hari. Sekarang tidak ada pemeriksaan yang tepat, kami melihat 10 hingga 15, ”kata seorang aktivis di Chipwi.
Menurutnya, truk-truk itu memuat kantong pupuk amonium sulfat yang diisi di tambang ilegal. “Pihak berwenang China telah memperketat keamanan perbatasan untuk impor dari Myanmar karena Covid-19, tapi material untuk penambangan bergerak melintasi perbatasan dengan mudah, ”tambahnya.
Myanmar adalah sumber tanah jarang terbesar di China, menyumbang lebih dari setengah pasokannya. Pada 2016, perusahaan pertambangan Tiongkok memasuki Pangwa untuk mencari tanah jarang ketika Beijing menindak penambangan ilegal di Tiongkok.
Menurut data bea cukai China, China sangat bergantung pada tanah jarang Myanmar. Myanmar menjadi importir terbesar China pada 2018. Pada 2020, impor logam tanah jarang dari Myanmar naik 23 persen dari tahun ke tahun menjadi sekitar 35.500 ton, terhitung 74 persen dari impor, menurut Global Times.