Harusnya Didata: Warga yang Wafat Overdosis Obat akibat Covid-19

- 21 April 2021, 01:19 WIB
PANIK - Terjadi kepanikan membeli '(panic buying)' di pusat-pusat perbelajaan menjelang penguncian akibat pandemi Covid-19 di AS.  Selain sembako dan  kebutuhan rumah tangga, berbagai jenis obat dan vitamin 'menghilang' dari rak-rak' karena diborong pembeli./PHOTO: SAN ANTONIO REPORT/CAPTION: OKTAVIANUS/
PANIK - Terjadi kepanikan membeli '(panic buying)' di pusat-pusat perbelajaan menjelang penguncian akibat pandemi Covid-19 di AS. Selain sembako dan kebutuhan rumah tangga, berbagai jenis obat dan vitamin 'menghilang' dari rak-rak' karena diborong pembeli./PHOTO: SAN ANTONIO REPORT/CAPTION: OKTAVIANUS/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

Dikutip dari Live Science, Minggu, 18 April 2021, kematian akibat overdosis obat di AS melonjak selama lokcdown Covid-19. Lebih dari 87.200 orang di AS meninggal karena overdosis obat, terutama terkait opioid, yakni obat-obatan yang mengandung pseudoephedrine dan phenylephrine, antara September 2019 dan September 2020.

Kematian akibat overdosis AS melonjak selama paruh pertama pandemi Covid-19,  menurut data awal dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Lonjakan kematian ini terjadi dalam periode 12 bulan sejak September 2019- September 2020, menurut data yang diterbitkan pada Rabu  16 April 2021.

Tetapi, para pejabat memperkirakan ada kemungkinan lebih dari tiga ribu kematian tambahan karena overdosis yang tidak dilaporkan secara resmi.

Inilah jumlah kematian akibat overdosis tertinggi sejak epidemi opioid pertama kali dimulai pada dekade 1990-an, menurut The New York Times.

Angka ini juga merupakan kemunduran dari sedikit penurunan kematian akibat overdosis yang terjadi di AS untuk kali pertama dalam beberapa dekade pada 2018.

Peningkatan kematian akibat overdosis dimulai pada bulan-bulan menjelang pandemi,  tetapi kemudian melonjak selama pandemi musim semi lalu.

Jumlah kematian akibat overdosis dari September 2019- September 2020, lebih tinggi 28,8 persen dibandingkan kematian akibat overdosis pada September 2018- September 2019. 

Peningkatan kematian terbesar terjadi pada April dan Mei 2020, ketika banyak negara bagian berada di bawah penguncian yang paling ketat, di mana orang-orang kehilangan pekerjaan, dan dilanda ketakutan sehingga tekanan akibat pandemi meluas, menurut Times. 

"Apa yang kami lihat,  terutama pada hari-hari awal Covid-19, tetapi hingga hari ini, pandemi benar-benar telah memisahkan orang dari layanan pengobatan kecanduan, dari layanan pengurangan dampak buruk, dari komunitas, dan jaringan yang mereka gunakan untuk tetap aman dan menghindari overdosis,"  kata Dr Jessica Taylor, seorang spesialis pengobatan kecanduan di Pusat Kecanduan Grayken Boston Medical Center.

Menurut asisten profesor Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Boston kepada Boston 25 News, akses ke layanan telemedicine dan obat-obatan untuk mengobati gangguan kecanduan, adalah kunci untuk membalikkan tren tersebut. 

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x