Juru bicara Kementerian Luar Negeri China ini menyatakan hal tersebut dalam briefing media pada Kamis lalu, dan mencatat bahwa pernyataan AS itu 'mengejutkan'.
Dia menegaskan bahwa apa yang diinginkan AS adalah secara sewenang-wenang menuduh orang lain telah melanggar konvensi, dan menuntut verifikasi dengan 'praduga bersalah'.
"Juga sambil AS menolak untuk menerima pengawasan dan verifikasi kepatuhannya sendiri. Ini terletak di jantung oposisi tunggal AS terhadap mekanisme verifikasi," tandas Zhao.***
Sumber: Global Times