PBB Didesak Berhati Nurani Usut Peristiwa Bucha dan Temuan Puluhan Biolab AS di Eropa Timur

- 8 April 2022, 16:25 WIB
Rusia Terkini! Rusia Klaim AS Terlibat Pendanaan Biolab Ukraina, Berikut Pengakuan Putra Bungsu Presiden Joe Biden
Rusia Terkini! Rusia Klaim AS Terlibat Pendanaan Biolab Ukraina, Berikut Pengakuan Putra Bungsu Presiden Joe Biden /Dailymail/via REUTERS

KALBAR TERKINI - PBB harus berhati nurani dan tak berpihak ke Barat terkait pengusutan Peristiwa Bucha dan temuan puluhan biolab ASdi Ukraina dan banyak negara Eropa Timur.

Mandulnya Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam melakukan penegakan hukum terkait kejahatan perang, antara lain terjadi dalam kasus senjata biologi pasokan Barat ke Irak dalam Perang Teluk pada dekade 1990-an.

Senjata mematikan ini, digunakan oleh Irak di era Presiden Sadam Hussein, ketika pasukan Baghdad menyeberangi, dan menyerang negara tetangganya, Iran, yang memicu Perang Teluk.

Baca Juga: Iblis akan Bermunculan dari Biolab-biolab AS di Ukraina

Sebagaimana pernah dilaporan kantor berita Pemerintah Iran, IRNA, selain banyak korban dari Perang Teluk, orang-orang Iran yang masih hidup, termasuk kalangan veteran, mengalami cacad fisik yang serius akibat senjata biologis pasokan Barat.

Sementara dalam kasus terbaru, yakni temuan biolab AS di Ukraina, dan di sejumlah negara lain di Eropa Timur, PBB juga didesak untuk menindaklanjutinya secara netral, sebagaimana terungkap dalam sidnag di Dewan Keamanan (DK) PBB.

Dihadiri Rusia, China dan negara-negara lain pada Rabu, 6 April 2022, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari tabloid Pemerintah China, Global Times, Kamis, 7 April 2022, sidang ini,
ironisnya, tak dihadiri AS.

Baca Juga: DK PBB Sidangkan AS Terkait Temuan Puluhan Biolab di Ukraina atas Laporan Rusia

Lebih ironis lagi, masih dari laporan Global Times, ketidakhadiran AS, dan juga sesama anggota NATO, Inggris, tak dianggap serius oleh DK PBB.

Dengan demikian, PBB bisa saja dituding tak memiliki hatinurani, dan menganggap AS tidak bersalah atas masalah tersebut.

Pertemuan bertajuk 'Pertemuan Formula Arria DK PBB tentang Keamanan Biologis' pada Rabu lalu itu, juga dihadiri Igor Kirillov, Kepala Angkatan Pertahanan Radiasi, Kimia dan Biologi Angkatan Bersenjata Rusia.

Baca Juga: PEMBANTAIAN BUCHA! Walikota Bucha Klaim Banyak Mayat Warganya Dibuang seperti Kayu Bakar ke Kuburan Massal

Kirillov menegaskan, Washington sedang menciptakan laboratorium biologi di berbagai negara, dan menghubungkannya ke sistem terpadu.

Di wilayah yang berbatasan dengan Rusia dan China saja, Rusia menemukan sekitar 60 fasilitas biolab yang telah dimodernisasi sejak 2005, dengan dana dari militer AS.

Kirillov mencatat bahwa AS telah menghabiskan lebih dari lima miliar dolar untuk program biologi militer sejak 2005.

Baca Juga: Ukraina Dihantui Perampok Bersenjata, Penyelidikan Pembantaian Bucha Semakin Ribet

"Jaringan laboratorium di Ukraina dirancang untuk melakukan penelitian, dan memantau situasi biologis, yang terdiri dari 30 fasilitas di 14 lokasi berpenduduk,"
kata Kirillov.

Menurutnya, bahan-bahan yang sangat berharga dari laboratorium biologi di Ukraina, diekspor ke AS pada awal Februari 2022, dan sisanya harus dihancurkan, sebagaimana pula laporan TASS, kantor berita Negara Rusia.

Dai Bing, wakil tetap China untuk PBB menyatakan dalam pertemuan itu bahwa China dengan tegas menentang pengembangan, penimbunan, atau penggunaan senjata biologi dan kimia oleh negara mana pun, dalam keadaan apa pun.

Sementara Federasi Rusia telah menerbitkan sejumlah dokumen terkait dengan kegiatan militer biologis AS, yang telah menimbulkan keprihatinan besar dari masyarakat internasional.

China meminta masyarakat internasional untuk menilai dokumen yang ditemukan tersebut, dalam kerangka kerja yang sesuai termasuk Konvensi Senjata Biologis (BWC).

Dengan demikian, PBB didesak untuk mendengar klarifikasi dari negara terkait secara adil, dan tidak memihak.

"Negara terkait harus mengambil pendekatan yang bertanggung jawab, dan menawarkan klarifikasi tepat waktu dan komprehensif tentang aktivitas biologisnya, untuk menghilangkan keraguan masyarakat internasional," tegas Dai.

Menurut laporan TASS, diplomat dari Brasil, Venezuela, Belarus dan negara-negara lain, juga berbicara selama pertemuan tersebut, tetapi perwakilan AS dan Inggris, tidak muncul.

"Ini adalah bukti sikap nyata mereka terhadap masalah ini, dan fakta bahwa mereka menyembunyikan sesuatu, dan tidak ingin menjawab pertanyaan tidak nyaman yang diajukan hari ini," kata Wakil Tetap Pertama Rusia untuk PBB, Dmitry Polyansky, TASS melaporkan.

Song Zhongping, seorang pakar militer China yang juga komentator televisi, menyatakan kepada Global Times bahwa AS tidak menghadiri pertemuan itu karena 'hati nurani yang bersalah'.

"Dan, AS tidak ingin mempublikasikan aktivitas biologisnya, tetapi menutupi agenda tersembunyinya dengan 'pertemuan komersial' yang rahasia," katanya.

"AS terus mendirikan laboratorium biologi di sekitar negara-negara saingan, dengan tujuan mengembangkan senjata virus, yang ditargetkan terhadap negara-negara itu," lanjut Song.

AS bersikeras mengembangkan senjata pemusnah massal untuk kembali mendapatkan hegemoni geopolitiknya.

"Ini merupakan pelanggaran berat terhadap BWC, dan serangan terhadap peradaban manusia," kecam Song.

Wang Yiwei, direktur institut urusan internasional di Universitas Renmin, China, menyatakan bahwa AS menyerang suara-suara dari Rusia, sebagai disinformasi.

"AS juga berupaya menggunakan sumber dayanya untuk mematikan suara Rusia, dan di tengah konflik Rusia-Ukraina, AS percaya bahwa Rusia mencoba menggunakan masalah laboratorium biologi untuk menulis ulang kisah operasi militernya di Ukraina," tegasnya.

Tidak peduli itu untuk menggerakkan revolusi warna atau melakukan aktivitas biologis di Ukraina, lanjut Wang, tujuan AS adalah untuk menciptakan konfrontasi dan perpecahan, untuk memperlambat hegemoni geopolitnya.

Menghadapi kekhawatiran yang berkembang, tanggapan dari Washington telah membuat komunitas internasional lebih prihatin.

Wakil Menteri Luar Negeri untuk Urusan Politik Rusia Victoria Nuland menyatakan bahwa AS memiliki 'fasilitas penelitian biologi' di Ukraina.

Tetapi Departemen Luar Negeri AS sebaliknya membantah klaim Rusia tentang aktivitas senjata biologisnya di Ukraina, dan menyebut temuan Rusia tersebut sebagai 'kebohongan langsung."

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan pada Rabu lalu bahwa AS harus berbagi informasi yang komprehensif tentang bio-labnya di Ukraina.

Selama Komite Persiapan untuk Konferensi Peninjauan Kesembilan BWC bersidang minggu ini, AS mengutip 'sejarah revisionis'.

"Ini untuk menggambarkan kritik masyarakat internasional atas penentangannya terhadap pembentukan mekanisme verifikasi BWC, kata Zhao Lijian.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China ini menyatakan hal tersebut dalam briefing media pada Kamis lalu, dan mencatat bahwa pernyataan AS itu 'mengejutkan'.

Dia menegaskan bahwa apa yang diinginkan AS adalah secara sewenang-wenang menuduh orang lain telah melanggar konvensi, dan menuntut verifikasi dengan 'praduga bersalah'.

"Juga sambil AS menolak untuk menerima pengawasan dan verifikasi kepatuhannya sendiri. Ini terletak di jantung oposisi tunggal AS terhadap mekanisme verifikasi," tandas Zhao.***

Sumber: Global Times

 

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Associated Press


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah