KALBAR TERKINI - Tentara Rusia dituding membantai secara massal warga Bucha, kota kecil di dekat Kiev, Ibukota Ukraina, tapi sepak terjang Detasemen Operasi Khusus Azov, tak diutak-atik oleh Barat.
Barat apalagi Pemerintah Ukraina, yang presidennya, Volodymyr Oleksandrovych Zelensky nota bene berdarah Yahudi, seakan sengaja menafikan sepak terjang detasemen ini, yang jelas berideologi Nazi. fasis, dan mendewakan supremasi kulit putih.
Itu sebabnya, Zelenskyy dinilai tak ubahnya seperti seorang presiden boneka.
Baca Juga: Ukraina Dihantui Perampok Bersenjata, Penyelidikan Pembantaian Bucha Semakin Ribet
Kendati Nazi jelas membantai jutaan orang Eropa keturunan Yahudi selama Pernag Dunia II, pemerintahan mantan pelawak dan bintang film ini terus mengistimewakan Detasemen Operasi Khusus Azov.
Padahal, Oktober 2019, intelijen Inggis melaporkan bahwa detasemen ini nekat menggertak Presiden Zelensky, agar tidak mundur dari Donbass, seperti yang dipersyaratkan oleh Perjanjian Minsk.
Pada 2019, Barat termasuk AS dan Kanada sempat berencana memasukkan detasemen ini sebagai teroris, setelah Brenton Tarrant, kader Azov, melakukan penembakan di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Center di Christchurch, Selandia Baru.
Serangan lelaki rasis ini pada pukul 13.40, 15 Maret 2019 NZDT (07.40 WIB), menewaskan 50 jemaah, dan 20 lainnya terluka parah.
Masih mengenai predikat teroris, rencana itu ditarik kembali, karena Detasemen Operasi Khusus Azov dianggap Barat 'sejiwa' dengannya, karena membantu pasukan Ukraina memerangi para milisi dukungan Rusia di Ukraina Timur termasuk di Donbas.