Media Pemerintah China melaporkan bahwa China Eastern Airlines mengandangkan seluruh armada 737-800-nya.
China Eastern adalah operator 737-800 terbesar keenam di negara itu, dengan 89 pesawat, menurut perusahaan konsultan penerbangan IBA.
Maskapai China lainnya terus menerbangkan jet dan China Eastern belum mengandangkan 737-700 yang serupa, tetapi sedikit lebih kecil.
Pihak China Eastern menyatakan, penyebab kecelakaan itu sedang diselidiki. Kecelakaan seperti itu, biasanya melibatkan banyak faktor.
Para ahli memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang penyebab potensial, terutama mengingat langkanya informasi yang tersedia.
“Sulit untuk berspekulasi tentang kemungkinan penyebab kecelakaan itu, sampai penyelidikan dilakukan, dan kami akan tahu lebih banyak tentang informasi faktual,” kata Oleksandra Molloy, dosen keselamatan penerbangan di Universitas New South Wales, kepada Al Jazeera.
“Namun, apa yang kami ketahui adalah bahwa kecelakaan itu terjadi selama fase pelayaran penerbangan, yang relatif jarang terjadi, meskipun fase ini menyumbang sebagian besar waktu penerbangan,” tambah Molloy.
Molloy mencatat bahwa hanya 13 persen dari kecelakaan komersial fatal secara global antara 2011 dan 2020 terjadi selama fase pelayaran. “Biasanya, autopilot diaktifkan selama fase ini," lanjutnya.
China telah membuat langkah besar dalam keselamatan udara sejak serangkaian kecelakaan fatal pada dekade 1990-an dan 2000-an.