Sebelum kecelakaan pada Senin lalu, negara itu tidak mengalami kecelakaan fatal yang melibatkan penerbangan komersial sejak 2010, ketika 44 orang tewas di Provinsi Jilin.
Wilayah Asia Utara termasuk China memiliki tingkat kecelakaan udara yang lebih rendah daripada tingkat rata-rata global, menurut data Organisasi Penerbangan Sipil Internasional.
“China memiliki catatan keselamatan yang baik, tentu saja dalam 10 hingga 15 tahun terakhir,” kata Hassan Shahidi, Presiden dan CEO dari Flight Safety Foundation.
“Armada China relatif modern, dengan pesawat Airbus dan Boeing modern.
Armada modern dengan pelatihan yang baik, tentunya merupakan penyumbang catatan keselamatan yang baik," lanjutnya.
China adalah negara pertama yang mengandangkan 737 MAX setelah kecelakaan fatal di Indonesia dan Ethiopia lebih dari tiga tahun lalu, dan merupakan satu-satunya pasar utama di mana MAX belum melanjutkan penerbangan komersial.
Sebuah 737 MAX yang dibangun untuk anak perusahaan China Eastern, yakni Shanghai Airlines lepas landas dari Seattle menuju pabrik penyelesaian Boeing di Zhoushan pekan lalu.
Menurut sumber di industri terkait, ini sebagai tanda kembalinya model pesawat tersebut ke layanan di China, kemungkinan sudah dekat.
Pesawat itu mendarat di Guam pada Selasa, 15 Maret 2022 sebagai bagian dari perjalanan multi-kaki dan belum bergerak dalam seminggu sejak itu, menurut situs web pelacakan penerbangan FlightRadar24.
Boeing menolak berkomentar.