Ketegangan di Yerusalem telah bergema di seluruh wilayah, dan datang di titik penting selama krisis politik Israel, setelah Netanyahu gagal membentuk koalisi pemerintahan pada pekan lalu.
Lawannya sekarang bekerja untuk membangun pemerintahan alternatif.
Sebelum serangan roket pada Senin di Yerusalem, militan Palestina telah menembakkan beberapa rentetan roket ke Israel selatan.
Pengunjuk rasa yang bersekutu dengan Hamas, telah meluncurkan lusinan balon pembakar ke Israel, memicu kebakaran di bagian selatan negara itu.
Hamas, sebuah kelompok militan Islam yang selalu mencari berbagai cara menghancurkan Israel, telah berperang tiga kali dengan Israel sejakmerebut kekuasaan di Gaza pada 2007. Kelompok itu memiliki persenjataan besar rudal dan roket, yang mampu menyerang hampir di kota mana saja di Israel.
Tindakan Israel di Yerusalem menuai kecaman internasional yang semakin meningkat.
Dewan Keamanan PBB menjadwalkan konsultasi tertutup tentang situasi tersebut pada Senin.
AS dan Uni Eropa telah menyatakan keprihatinan yang mendalam atas kerusuhan di Yerusalem, dan mendesak Israel untuk menenangkan situasi, dan tidak melakukan penggusuran yang direncanakan.
Sekutu Israel yakni Arab dan Turki juga mengutuk tindakan Israel.
Netanyahu menolak kritik pada Senin, dengan menyayakan bahwa Israel bertekad untuk memastikan hak beribadah bagi semua, dan bahwa ini 'mengharuskan dari waktu ke waktu untuk berdiri dan berdiri teguh seperti yang dilakukan oleh polisi Israel dan pasukan keamanannya'.